Yang menarik Jokowi justru menang di Tanjabtim yang notabene adalah basis Partai Amanat Nasional (PAN) di mana bupatinya adalah kader dari PAN. Selain di Tanjabtim, Jokowi menang di Kabupaten Muaro Jambi, serta Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) yang merupakan basis PDIP, karena bupatinya adalah PDIP.
Caleg Pragmatis dan Oportunis
Pengamat politik di Jambi, Asad Isma, tidak menampik hal itu. Menurutnya hal itu menjadi gambaran bahwa warna partai di level provinsi dan kabupaten tidak kokoh pondasi ideologinya, sehingga terkesan pengurus dan caleg partai cenderung pragmatis dan oportunis.
“Faktor inilah yang menyebabkan tidak linear penggalangan suara untuk legislatif dan pilpres,” katanya Asad Isma seperti dikutip Metro Jambi (jaringan Suara.com).
Baca Juga: Kubu Prabowo Serang Anak Jokowi, Hubungan Rakabu Sejahtera Dengan Batu Bara
Padahal lanjut dosen UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi ini, perolehan suara caleg parpol koalisi pendukung Capres 01 menguasai papan atas di Jambi.
Lalu apakah penyebabnya? Menurut dia karena Caleg hanya memperjuangkan diri sendiri.
Menurut dia, caleg dari partai koalisi 01 di Jambi cenderung takut tidak dapat dukungan pemilih karena dalam peta isu 01 kurang mendapat dukungan dari pemilih.
“Karena peta isu 01 terkait dengan komoditi karet dan sawit yang rendah,” katanya lagi.
Namun secara etika koalisi, kata dia, ini tentunya tidak etis apabila caleg takut mempromosikan capresnya kepada pemilih.
Baca Juga: Jokowi Akhirnya Bicara soal Klaim Kemenangan Prabowo dan People Power
Terpisah Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf di Jambi, Agus S Roni mengatakan, pihaknya masih tetap optimis memperoleh suara di Provinsi Jambi.