"Kita mau berangkat menjenguk, tapi malah mendapat kabar beliau meninggal dunia, kami sangat kehilangan sosok yang rajin dan bertangung jawab pada pak Bambang," ujarnya lagi.
Basuki mengakui jika proses pencoblosan sampai penghitungan suara yang sangat ribet dan panjang mengakibatkan para petugas KPPS kelelahan, termasuk Bambang Saptono yang akhirnya kondisi kesehatannya menurun drastis.
"Sebenarnya tak ada kendala tapi karena proses administrasi yang panjang dan ribet kami lelah, yang paling bikin capek saat penghitungan dan laporan saksi juga administrasi karena manual," jelasnya.
Pihaknya berharap, bagi pemerintah dan penyelanggara Pemilu yakni KPU untuk Pemilu kedepannya agar pemilihan presiden, DPD, DPR RI, DPRD Provinsi, DRPD Kabupaten Kota hendaknya bisa dipisah.
Baca Juga: Ada Anggota KPPS Meninggal di Surabaya, Ini Langkah Wali Kota Risma
"Untuk pemerintah KPU itu pencoblosan jangan dijadikan satu, pemilihan Presiden, DPD, DPRD DPR RI itu terlalu lama dan ribet. Pemilu ke depan dibuat se-simple mungkin karena kelelahan rentan dengan kesalahan," katanya.
Terkait jaminan sosial dan kesehatan bagi KPPS pihaknya tidak bisa berharap banyak, bahkan mengaku tidak berani meminta karena sebagai petugas KPPS adalah panggilan hati dan pengabdian.
"Tidak ada jaminan kesehatan atau sosial, hanya sifatnya honor, jadi sifatnya mereka pengabdian. Ada hanya honor sekitar Rp 500 - 550 ribu, kalau masalah santunan kita juga ndak berani ngomong, tapi kalau ada malah lebih bagus," imbuh dia.
Kontributor : Adam Iyasa
Baca Juga: Petugas KPPS Meninggal di Sumsel Tak Ditanggung BPJS