Pengirim Logistik Pemilu Bertaruh Nyawa di Jembatan Reot, Dikejar Kobra

Rabu, 24 April 2019 | 12:37 WIB
Pengirim Logistik Pemilu Bertaruh Nyawa di Jembatan Reot, Dikejar Kobra
Pengirim logistik pemilu. (Timesindonesia/ist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di balik pencoblosan Pemilu 2019 ada perjuangan pengiriman logistik Pemilu ke daerah terpencil. Para pengirim harus bertaruh nyawa di sebuah jembatan kecil sampai dikejar ular kobra.

Bripka Suryadi salah satu pengirim itu. Suryadi adalah polisi yang bertugas sebagai pengamanan tempat pemungutan suara (PAM TPS).

Misalnya mulai dikejar ular kobra, tak tidur lebih 48 jam, berjalan berkilo-kilometer ke TPS, hingga harus masuk rumah sakit karena kelelahan.

Suryadi bercerita pendistribusian kotak suara di Desa Gentong ke TPS 6 Dusun Becangan, Kecamatan Taman Krocok, dari balai desa menuju lokasi harus menempuh jarak sekitar 5 kilometer.

Baca Juga: Beda Hitungan Suara Jokowi vs Prabowo di Situs Kawalpemilu dan AyoJagaTPS

“Melewati 2 jembatan gantung. Yaitu Dusun Kalianyar dan Dusun Becangan. Hambatannya jembatan tersebut sempit dan kontruksinya seadanya,” katanya, Selasa (23/4/219).

Pengirim logistik pemilu. (Timesindonesia/ist)
Pengirim logistik pemilu. (Timesindonesia/ist)

Bahkan, saat memanggul kotak suara, tiba-tiba ada ular kobra cukup besar melintas. Karena sama-sama kaget, ular itu lantas mengejarnya.

"Spontan saya lempar kotak suaranya dan lari," kenang Bripka Suryadi.

Menurutnya, setelah ular kobra sepanjang sekitar 3 meter itu berlalu, Suryadi mengambil kembali kotak suara yang tadi sempat dilemparkannya. Beruntung, tak ada kerusakan sama sekali. Dia kemudian melanjutkan perjalanannya mengirim kotak suara ke tiap-tiap TPS.

"Jika dihitung, lebih 48 jam saya gak tidur. Karena sejak kotak suara datang, coblosan, hingga penghitungan, saya keliling terus dari TPS ke TPS," tutur bintara yang sehari-hari berdinas di Polsub Sektor Taman Krocok ini.

Baca Juga: Pengawas Pemilu Dilempari Batu saat Temukan Kecurangan

Belum lagi, untuk menuju beberapa TPS, petugas harus melalui jembatan desa sepanjang sekitar 100 meter, berkedalaman 50 meter. Jembatan gantung sempit itu hanya bisa dilewati untuk orang berjalan. Untuk membawa kotak suara, satu-satunya jalan hanya dengan memanggul.

Polisi berumur 35 tahun ini memang bertugas sebagai PAM TPS di Desa Gentong, Kecamatan Taman Krocok, Bondowoso. Desa ini berada di kawasan cukup terpencil berbatasan langsung dengan wilayah Perhutani KPH Bondowoso.

Tugas Suryadi dalam pengamanan TPS memang cukup berat. Karena dia bertanggungjawab dalam keamanan di satu desa yang terdapat 13 TPS. Itu pun jarak antar TPS sangat jauh, dan harus ditempuh dengan jalan kaki.

"Setelah pelaksanaan coblosan itu, kondisi fisik langsung drop. Saya sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis," imbuhnya.

Sementara itu, ditemui terpisah Kapolres Bondowoso, AKBP Febriansyah, mengapresiasi anak buahnya yang bertugas di lapangan selama pelaksanaan Pemilu tersebut. Meski, hal itu sudah merupakan tanggungjawab polisi sebagai aparat keamanan.

"Polisi kan memang harus siap ditugaskan di mana saja dan dalam kondisi apapun," tandas mantan Kasat Reskrim Polrestabes Jakarta Utara ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI