Sebelum Ada Survei dan Quick Count, Dukun Laris saat Pemilu

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 23 April 2019 | 14:52 WIB
Sebelum Ada Survei dan Quick Count, Dukun Laris saat Pemilu
[Suara.com/Ema Rohimah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lembaga-lembaga survei tengah menjadi sorotan, setelah ramai-ramai memublikasikan hasil hitung cepat perolehan suara Pilpres 2019, pekan lalu.

Oleh sejumlah kalangan, terutama kubu Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, hasil hitung cepat lembaga-lembaga survei itu dinilai tidak valid.

Ihwalnya adalah, hasil hitung cepat perolehan suara pilpres oleh 12 lembaga survei menunjukkan Prabowo - Sandiaga berada di bawah pesaingnya, Jokowi - Maruf Amin.

Karena itulah, Prabowo ngotot mendeklarasikan klaim kemenangannya pada hari Kamis (18/4) sore, hanya berdasarkan hitung cepat tim suksesnya.

Baca Juga: Rocky Gerung: Saya Korban Ratna Sarumpaet, Kenapa Di-bully?

"Saya Prabowo Subianto menyatakan, bahwa saya dan saudara Sandiaga Salahuddin Uno mendeklarasikan sebagai kemenangan sebagai presiden dan wakil presiden RI tahun 2019-2024. Itu berdasarkan perhitungan lebih dari 62 persen perhitungan real count yang telah direkapitulasi," kata Prabowo di kediamannya Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (18/4/2019).

Selang sehari, Prabowo menggelar pesta kemenangan di kediamannya. Dalam acara itu, Prabowo juga berpidato yang mengecam lembaga-lembaga survei.

Prabowo, di hadapan pendukungnya saat itu, menganggap lembaga survei sebagai tukang bohong.

"Saudara-saudara percaya enggak lembaga survei abal-abal? Hei tukang bohong, rakyat tidak percaya sama kalian," ujar Prabowo saat berpidato, Jumat (19/4/2019).

Ketua Umum Partai Gerindra ini kemudian meminta lembaga survei untuk pergi dari Indonesia. Prabowo menyarankan mereka untuk pergi ke Antartika dan membohongi para hewan khas daerah kutub, Penguin.

Baca Juga: Quick Count Dituding Curang, Bos Charta Polika Diteror Ditembak Sniper

"Hei lembaga survei tukang bohong, kalian bisa bohongi penguin di Antartika," kata Prabowo yang disambut riuh para pendukungnya.

Lembaga-lembaga survei tak tinggal diam. Sejumlah lembaga survei yang tergabung dalam paguyuan Perhimpunan Survei dan Opini Publik Indonesia (Persepsi) menggelar konferensi pers, Sabtu (20/4), di Hotel Morrisey, Menteng, Jakarta Pusat.

Ketua Persepi sekaligus pemimpin CSIS, Philips J Vermonte, buka suara menanggapi pernyataan Prabowo yang menyebut lembaga survei adalah tukang bohong. Dirinya menantang Prabowo untuk membuka data hitung cepat BPN Prabowo – Sandiaga.

“Ini kami buka data dan mekanisme hitung cepat kami. Sekarang yang menyuruh kami membuka data, mau buka data juga tidak?” tantang Philips.

Termutakhir, Dosen Monash University Nadirsyah Hosen melalui akun Twitter pribadinya, ikut menimbrung mengenai polemik tesebut.

Gus Nadir—panggilannya—menilai lembaga-lembaga survei memunyai sistem sendiri dalam melakukan hitung cepat maupun exit poll.

Peneliti seklaigus pengarang buku itu menjelaskan, sebelum hitung cepat dan exit poll dilakukan lembaga-lembaga survei, adalah dukun yang laris manis dijadikan rujukan para politikus yang berkompetisi.

”Dulu sebelum ada survei dan quick count, pas pemilu dukun pada laris. Syukurlah sekarang ilmu pengetahuan tampil dan dukun politik tersisih,” tulisnya.

Jadi, menurut Gus Nadir, ”Kalau ada ulama atau pakar yang minta QC ditiadakan, tanpa sadar itu mengajak kita untuk anti ilmu pengetahuan, dan lebih percaya klenik. Gawat.”

Seorang warganet berakun @dj_antik lantas bertanya, ”Ustadz aku serius bertanya, apakah kehadiran ilmu pengetahuan tidak untuk dikritik??

Gus Nadir menjawab, ”Oh harus itu @dj_antik. Silakan dikritik dan diperdebatkan, tapi dengan ilmu pengetahuan juga. Banyak lembaga survei yang sudah buka metode dan data mereka. Silakan dikritik dengan kaidah keilmuan. Yang belum membuka metode dan data malah BPN. Bagaimana mau dibahas, bukabukaan saja tak mau,” tukasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI