Bandingkan dengan Prabowo, Ini 4 Alasan Pandji Pragiwaksono Pilih Jokowi

Senin, 22 April 2019 | 16:13 WIB
Bandingkan dengan Prabowo, Ini 4 Alasan Pandji Pragiwaksono Pilih Jokowi
Aktor yang juga komika Pandji Pragiwaksono berpose usai kunjungan ke kantor redaksi Suara.com, Jakarta, Selasa (16/10). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pelawak tunggal Pandji Pragiwaksono mengungkap calon presiden yang ia pilih dalam Pilpres 2019 pada Rabu (17/4/2019) lalu. Melalui video di kanal YouTube-nya, Pandji Pragiwaksono juga menjelaskan latar belakang ia memilih capres tersebut.

Pada kotak deskripsi, Pandji Pragiwaksono menuliskan, video yang diunggah pada Senin (22/4/2019) itu telah dibuat sebelum hasil penghitungan suara mulai diperlihatkan ke publik.

Di awal video, ia mengaku telah diundang untuk menghadiri kampanye akbar baik dari kubu paslon 01 Jokowi-Maruf Amin dan paslon 02 Prabowo-Sandi. Dirinya juga dimasukkan dalam grup WhatsApp kedua kubu.

Ia pun berterima kasih untuk sambutan hangat dari keduanya. Namun, tetap hanya satu capres yang menjadi pilihannya.

Baca Juga: TKN Jokowi - Ma'ruf Tantang BPN Prabowo - Sandiaga Buka Data Real Count

"Presiden Republik Indonesia pilihan gue adalah Bapak Joko Widodo," ujarnya.

Pandji Pragiwaksono menyebutkan pula empat aspek yang ia jadikan pertimbangan sebelum menjatuhkan pilihan pada Jokowi: karakter atau gaya kepemimpinan, rekam jejak, program dan gagasan, serta suara hati nurani.

1. Karakter

Dari segi karakter, pria 39 tahun ini mengaku tak menyukai gaya kepemimpinan yang keras. Selama ini pun ia tak pernah memilih calon pemimpin yang menurutnya memiliki kesulitan dalam mengendalikan diri.

Ia memberikan beberapa contoh pemimpin yang tak emosional, antara lain Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Baca Juga: Unggahan Hina Prabowo Diakui Andre Taulany Bukan Bikinan Istri

Menurutnya, anggapan bahwa masyarakat Indonesia harus dipimpin dengan cara yang keras itu tak benar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI