Tak Pikirkan Honor, Kisah WNI di China 36 Jam Kerja Nonsetop Demi Pemilu

Minggu, 21 April 2019 | 05:50 WIB
Tak Pikirkan Honor, Kisah WNI di China 36 Jam Kerja Nonsetop Demi Pemilu
Petugas KPPSLN di Beijing. (antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Kurela pergi pagi pulang pagi..." Potongan lirik lagu yang dipopulerkan grup band Armada sepertinya pantas disematkan kepada para pekerja demokrasi tanpa pamrih demi keberhasilan Pemilu 2019.

Betapa tidak, dari pertama kali dilantik pada awal Maret 2019 hingga berakhirnya proses pemungutan dan penghitungan suara pasangan calon presiden/wakil presiden dan calon anggota DPR, para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) Beijing belum menerima honor sepeser pun.

"Dari awal kami gabung, tidak pernah memikirkan itu (honor)," kata Faqih Ma'arif, mahasiswa Beijing University of Aeronautics and Astronautics seperti dikutip Antara, Sabtu (20/4/2019).

Kandidat doktor bidang struktur gedung asal Sleman, DI Yogyakarta, itu merasa terpanggil untuk bisa menjadi bagian dari penyelenggara pemilu bagi warga negara Indonesia di Ibu Kota China tersebut.

Baca Juga: Stres Hitung Suara, Ketua KPPS Malang Tikam Pisau ke Perut Sendiri

Petugas KPPSLN di Beijing. (antara)
Petugas KPPSLN di Beijing. (antara)

Sampai-sampai waktu berkumpul keluarganya di Sleman saat liburan semester bersamaan dengan musim libur panjang Tahun Baru Imlek beberapa waktu lalu terpotong karena harus buru-buru balik ke Beijing atas panggilan Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN) setempat.

Demikian pula dengan Lenny Damayanti, anggota KPPSLN Beijing, yang berdomisili di Kota Tianjin. Gadis berusia 22 tahun itu hampir setiap hari selama masa pemungutan dan penghitungan suara rela menempuh perjalanan hampir 200 kilometer.

Tiket kereta api cepat kelas ekonomi dari Tianjin menuju Beijing bertarif 54 RMB atau sekitar Rp113.000 tidak pernah dimintakan ganti.

Petugas KPPSLN di Beijing. (antara)
Petugas KPPSLN di Beijing. (antara)

Sebagai pelajar di negara orang, gadis asal Kota Batu, Jawa Timur, itu sudah barang tentu butuh uang.

"Bukan uang tujuan saya ikut tes ini," ujar mahasiswi S1 Tianjin University of Science and Technology saat diwawancarai para anggota PPLN Beijing pada pertengahan Februari 2019.

Saat aktivitasnya di KPPSLN sampai larut malam, Lenny terpaksa "nebeng" di rumah temannya karena kereta api terakhir dari Stasiun Beijingnan ke Tianjinxi berangkat pukul 23.00.

Baca Juga: Ketua KPPS di Sleman Gantung Diri Bukan karena Masalah Pemilu

Tidak mengherankan pula saat PPLN Beijing mengumumkan lowongan KPPSLN secara daring, banyak WNI yang berminat untuk melamar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI