New York Times juga menyoroti beberapa kritikus yang mengkhawatirkan jika Prabowo Subianto menang bisa mengembalikan Indonesia ke rezim otoriter Presiden ke-2 RI Soeharto.
Pun New York Times sempat mengutip wawancara dengan seorang pemilih bernama Trianasari Arief, 44 tahun, di sebuah tempat pemungutan suara (TPS) di Jakarta Pusat.
Seperti dikutip New York Times, Trianasari Arief mengatakan sangat antusias memilih Jokowi dan ingin berpartisipasi untuk menjegal kemenangan Prabowo Subianto.
Dia mengatakan Prabowo Subianto dikenal sebagai sosok temperamental dan memiliki sikap yang tidak bisa diprediksi. Hal ini mengingatkan dirinya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kemenangannya pada 2016 silam.
Baca Juga: Andi Arief Tuding Wiranto Bikin Makin Panas karena Sebut Jokowi Menang
"Saya tidak ingin apa yang terjadi di Amerika Serikat, terjadi di Indonesia," ujar Trianasari Arief seperti dikutip SUARA.com dari New York Times.
Pendapat berbeda diutarakan salah satu pemilih bernama Sri Lestari, 42, seorang asisten rumah tangga di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Dia menilai Jokowi belum membawa keadilan dalam sistem peradilan, merampungkan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan mempersatukan rakyat.
"Saya ingin seorang pemimpin yang tegas dan memiliki integritas tinggi, yang mandiri, tidak dikendalikan oleh orang lain dan dapat membuat keputusan sendiri,” katanya seperti dikutip New York Times.
New York Times juga mengangkat politik identitas dan perkembangan kaum konservatif meski Jokowi menang dalam Pilpres 2019 berdasarkan hasil hitung cepat 7 lembaga survei.
Baca Juga: Jelang MotoGP Spanyol, Lima Tim Pabrikan Lakukan Tes Pengembangan Motor
"Jauh sebelum kami mengetahui hasil pemilihan, siapa pun yang menang, kami sudah mengetahui bahwa kaum konservatif Islam akan terus berkembang," ujar Douglas Ramage, Managing Editor di BowerGroupAsia, sebuah perusahaan konsultan bisnis yang berada di Jakarta, seperti dikutip New York Times.