Bosan Janji Politik, Warga Kampung Akuarium Tak Trauma Ikut Pemilu

Selasa, 16 April 2019 | 13:49 WIB
Bosan Janji Politik, Warga Kampung Akuarium Tak Trauma Ikut Pemilu
Yaya, salah satu warga korban penggusuran Kampung Akuarium. (Suara.com/Stephanus Aranditio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Yaya pedagang di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara mengaku tidak pernah trauma dengan pemilu, meski ia mengaku sering merasa ditipu dengan janji politik baik capres maupun caleg. Ia merasa tetap harus menjalankan kewajibannya sebagai warga negara yang baik.

Yaya yang sudah tinggal di Kampung Aquarium sejak 1960-an menyebut semua pemimpin negara yang terpilih sama saja tidak ada yang bisa memenuhi semua janji-janjinya, khususnya di Kampung Akuarium.

"Saya dari dulu ikut pemilu, pilkada, dari zamannya Pak Harto, enggak trauma, mau 01, apa 02 semua sama saja, sering beri janji, tapi ya begini-gini saja nasib kami, ya nanya janji politik, kita rakyat ngikut saja," kata Yaya kepada Suara.com, Selasa (16/4/2019).

Perantau asal Bandung itu mengatakan, hanya melakukan kewajibannya sebagai warga negara untuk memilih pemimpin, tidak ada harapan khusus karena sudah bosan dengan janji politik.

Baca Juga: Dianggap Serba Mudah, Pedagang di Kampung Akuarium Rindu Rezim Soeharto

"Dulu Pak Jokowi ada kontrak politik, di sini gak bakal gusur, tapi pas naik jadi presiden ya tetap digusur juga, walaupun yang gusur Ahok tapi kan lewat persetujuan presiden juga," kata dia.

Untuk diketahui, Pak Yaya adalah warga Kampung Akuarium yang digusur pada era Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 2016 lalu. Lima rumahnya di Kampung Akuarium digusur beserta 16 pintu kontrakan miliknya.

Kelima rumah itu awalnya ditempati oleh tiga orang anaknya yang sudah berkeluarga. Sebelum digusur rumahnya itu sempat mengalami kebakaran dan direnovasi kembali pada 2011, namun pada 2016 Pemprov DKI mengusur kawasan ini.

Anak-anaknya memilih untuk menerima tawaran Pemprov DKI direlokasi ke rumah susun Marunda, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sementara dirinya memilih bertahan di Kampung Akuarium, tinggal di rumah deret karena sulit beradaptasi di rusun.

"Saya pernah dua hari di rusun, sumpek, nyari kerjaan susah, buka warung enggak bisa lagi, ini saja warung saya bangun lagi di Akuarium abis digusur," imbuh dia.

Baca Juga: Curhat Emak-emak Kampung Akuarium: Enakan Zaman SBY, Jokowi Menyakitkan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI