Suara.com - Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan pihaknya ikut memantau Pemilu 2019 yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia. Menurutnya, WNI atau buruh migran yang berada di Negeri Jiran sangat antusiasme untuk mencoblos.
Anis menuturkan, minat masyarakat untuk mencoblos di sana tinggi. Buruh migran kata dia, ada yang sampai berjuang meminta dokumen yang ditahan majikannya, hingga mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk biaya transportasi menuju TPS.
"Merekalah para pejuang demokrasi yang sesungguhnya," ujar Anis seperti dikutip Suara.com dari tulisannya di laman Facebook Anis Hidayah, Selasa (16/4/2019).
Ia bersama sejumlah rekan-rekan dari Migrant Care yang lain ikut melakukan pemantauan pemungutan suara di TPS yang tersebar di Malaysia. Menurutnya, tantangan untuk memantau berlapis, karena mekanisme memilih tidak hanya melalui TPS tetapi juga pos dan Kotak Suara Keliling (KSK).
Baca Juga: Jelang Pemilu 2019, Rupiah Diprediksi Bakal Terus Perkasa Terhadap Dolar AS
Total DPT di seluruh Malaysia kata dia, 633.670 atau 67 persen dari DPT luar negeri yang mencapai 2.086.285.
"Kami mengawali pemantauan pada hari Jumat, 12 april 2019 dan memantau pemilihan melalui KSK," kata dia.
Pemantauan tesebut kata dia, dimulai dari memantau mobilitas KSK. Hingga pukul 00.00 KSK masih berdatangan dari berbagai titik ke KBRI Kuala Lumpur.
Anis kemudian bercerita pengalaman dari Nafiah, KPPSLN KSK Trengganu 1578. Dia kata Anis, membutuhkan 14 jam untuk pulang pergi membawa KSK.
"Bu Nafiah dan teamnya 2 orang berangkat pada hari Jumat 12 April, jam 11, tiba di Trengganu pukul 5 sore. Disana mulai memilih pukul 7 - 12 malam dan hanya ada 62 pemilih," kata dia.
Baca Juga: Pemilu 2019, Menhan: Rp 25 Triliun Untuk Pemilu Bukan Marah - marahan
Lain lagi cerita di KSK 122 yang berlokasi di Gumut Tambahan Kuala Kubu Baru, Selangor. Jarak tempuh kata dia, memerlukan waktu 2 jam dari Kuala Lumpur.