Suara.com - Debat Pilpres 2019 sesi terakhir berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019) malam. Debat pamungkas kali ini membahas ekonomi dan kesejahteraan, keuangan dan investasi, lalu perdagangan dan industri.
Dalam penyampaian visi dan misinya, Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan, Indonesia mengalami deindsutrialisasi.
“Indonesia mengalami deindustrialisasi. Indonesia tidak bisa produksi apa-apa hanya meniru dan tidak punya strategi pembangunan,” ujar Prabowo.
Lantas, benarkah apa yang dikatakan Prabowo, jika Indonesia mengalami deindustrialisasi?
Baca Juga: CEK FAKTA: Saf Salat Pria - Wanita Campur di Kampanye Prabowo Hoaks?
Deindustrialisasi merupakan proses penurunan kontribusi sektor manufaktur atau produksi pengolahan nonmigas terhadap produk domestik bruto.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017, pertumbuhan industri pengolahan 4,27%. jauh di bawah kinerja ekonomi Indonesia 5,07%. Industri ini menyumbang 20,16% (Rp 2.739,4 triliun) dari total PDB Indonesia Rp 13.588,8 triliun.
Sedangkan hingga kuartal III tahun ini. berdasarkan data BPS, pertumbuhan industri sebesar 4,24%, di bawah pertumbuhan ekonomi RI 5,17%.
Kuartal III 2018 mencatat porsi industri manufaktur sebesar 19,66% terhadap PDB. Secara keseluruhan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang tahun 2018 naik sebesar 4,07 persen terhadap tahun 2017.
Baca Juga: CEK FAKTA: Video Ketua PBNU Said Aqil Siradj Berbalik Dukung Prabowo?