Berbeda dengan kuota, rumpun Divisor tidak menetapkan harga suara yang dibutuhkan untuk memperoleh satu kursi. Pemenang akan ditentukan menggunakan bilangan pembagi ganjl, atau total suara sah partai politik akan dibagi dengan bilangan pembagi ganjil.
"Jadi setelah dibagi, maka nilainya akan diurut peringkat tertinggi, dan nantinya akan ditentukan pemenangnya sesuai jumlah alokasi kursi," ujarnya.
Terbaik
Metode umum di dunia mengenai penghitungan suara untuk penentuan jumlah kursi yang didapat oleh partai politik pada pemilihan umum dapat dikualifikasikan dalam dua rumpun.
Baca Juga: Jelang Seminggu Pemilu, KPU Mojokerto Masih Kekurangan 13.876 Surat Suara
Model pertama adalah rumpun kuota, yang terdiri atas sub bagian, yakni metode Kuota Hare dan Kuota Droop.
Rumpun kedua yakni Divisor, di sana terdapat tiga metode baku, dikenal dengan Divisor D'Hond, Divisor Sainte Lague, dan Sainte Lague modifikasi.
Dari lima metode ini, organisasi Perludem telah melakukan riset tingkat proporsionalitas, dengan menggunakan indeks LSq.
"Tidak ada metode yang benar-benar ideal dipakai di setiap pemilu, yang ada hanya proporsional atau tidak. Jadi kita bisa hitung menggunakan indeks LSq, semakin kecil nilai indeks maka metode yang digunakan semakin proporsional," kata Peneliti Perludem, Heroik Mutaqin Pratama.
Perludem membandingkan dua metode yang dipergunakan di Indonesia, yakni Kuota Hare dan Sainte Lague dengan memakai data hasil pemilihan umum 2014.
Baca Juga: Hampir 1.000 Surat Suara Pemilu 2019 Terbakar Misterius di Malaysia
Hasilnya, penggunaan Kuota Hare membubuhkan indeks LSq 2,9 poin dan Sainte Lague 2,7 poin. Dua metode ini dianggap sama-sama proporsional karena memiliki nilai yang kecil namun Sainte Lague dinilai lebih baik dengan indeks yang lebih rendah.