Suara.com - Masyarakat anti korupsi yang terdiri dari masyarakat sipil, tokoh nasional, serikat karyawan, musisi hingga mahasiswa akan mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (11/4/2019) mulai pagi hingga malam hari.
Kedatangan mereka ialah dalam rangka memperingati dua tahun kasus penyiraman terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan.
Sebagaimana diketahui, sejak peristiwa penyiraman Novel pada 11 April 2017 sampai dengan sekarang kasus tersebut belum juga menemui titik terang. Justru kasus-kasus teror terhadap KPK makin bertambah.
"Selama itu pula pelaku yang menyiram air keras belum tertangkap. Semenjak itu pula rentetan teror terhadap KPK terjadi mulai dari teror terhadap rumah pimpinan KPK hingga penganiayaan pegawai KPK namun setali tiga uang, tetap tidak terungkap," ujar Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo Harahap, Rabu (10/4/2019).
Baca Juga: KPK Bantah Novel Baswedan Berafiliasi Dengan Parpol dan Capres Tertentu
Meski dibayangi teror, kata dia, KPK tetap konsisten untuk mengejar para koruptor. Terbukti dengan 30 operasi tangkap tangan (OTT) pada tahun 2018 dan menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah KPK.
"Namun tuntutan pegawai KPK tetap, yaitu meminta Presiden untuk mau membentuk TGPF Independen di bawah beliau sebagai bentuk komitmen dalam memberantas korupsi di negeri ini. Sekaligus solusi bahwa satu-satunya cara menghentikan teror kepada KPK adalah menangkap pelaku terornya," ujar Yudi.
Untuk diketahui, kasus teror penyiraman air keras yang menimpa Novel Baswedan hingga kini masih menjadi misteri.
Polisi belum juga bisa mengungkap pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.
Novel diserang oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai salat Subuh di Masjid Al Ihsan, dekat rumahnya di Jalan Deposito Blok T, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Baca Juga: Dibentuk Kapolri, Tim Gabungan Akan Sambangi TKP Penyiraman Novel Baswedan