Sindir Prabowo, TKN: Jangan Pilih Pemimpin yang Emosional

Rabu, 10 April 2019 | 13:28 WIB
Sindir Prabowo, TKN: Jangan Pilih Pemimpin yang Emosional
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding. (Suara.com/Chyntia Sami Bhayangkara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding meminta masyarakat untuk tidak memilih presiden yang memiliki emosi yang tidak stabil. Karding mengimbau masyarakat untuk jeli dalam menentukan pilihannya di Pilpres 2019 nanti.

Pernyataan Karding tersebut dimaksudkan kepada Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. Karding menilai Prabowo semakin menunjukkan karakter emosi yang tak terkontrol.

Menurut dia, hal itu tergambar mulai dari debat keempat saat Prabowo marah kepada penonton. Lalu emosi Prabowo terlihat tatkala sempat marah-marah kepada salah satu pendukungnya yang terlihat mengobrol saat Prabowo berpidato di acara kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (7/9) lalu.

Bahkan, kata Karding, Prabowo juga sempat mengeluarkan kata-kata kasar dan emosional yang tak pantas seperti 'ndasmu' saat berpidato.

Baca Juga: BPN Prabowo Klaim Jumlah Massa Patahkan Hasil Survei Menangkan Jokowi

"Pemimpin yang emosinya tidak stabil seperti itu akan sangat berbahaya, saat memegang tampuk kekuasaan negara. Sebab rakyat akan terancam dan jadi korban dari pemimpin yang emosinya tidak stabil," kata Karding kepada wartawan, Rabu (10/4/2019).

Karding mengklaim imbauannya untuk memilih presiden yang tidak emosional itu bukan tanpa alasan. Sebab menurutnya, berdasarkan hasil riset dari 204 ahli psikologi Universitas Indonesia. Hasil survei terhadap psikologi kedua capres menunjukkan kepribadian Jokowi dinilai lebih tenang dibanding Prabowo.

Lalu jika diukur dari angka 1 sampai 10, poin untuk stabilitas emosi Prabowo berada pada angka 5,16 persen. Sedangkan, Jokowi 7,60 persen.

Sementara itu, tentang sikap otoriter dan demokratis, Jokowi hanya 13 persen memiliki kemungkinan otoriter. Sedangkan Prabowo 76 persen. Soal demokratis, Jokowi memiliki angka 87 persen dan Prabowo hanya 24 persen.

"Berbahaya sekali apabila bangsa ini diserahkan pada pemimpin yang tidak stabil. Taruhannya adalah nasib 260 juta rakyat yang terancam menjadi korban," imbuh dia.

Baca Juga: Kampanye Prabowo Mendadak Dihentikan saat Azan, Pendukung Salat Jamaah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI