Mei Indonesia Jadi Presiden Dewan Keamanan PBB, Palestina Jadi Isu Utama

Rabu, 10 April 2019 | 11:59 WIB
Mei Indonesia Jadi Presiden Dewan Keamanan PBB, Palestina Jadi Isu Utama
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) bersama Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki (tengah) dan Wali Kota Bandung Oded M. Danial (kanan) melihat plang nama jalan usai persemian Palestine Walk : Road To Freedom di kawasan Alun-alun Timur, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (13/10). [Antara Foto/Novrian Arbi/kye/18]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi menyatakan posisi Palestina makin sulit karena konflik berkepanjangan. Melu menyatakan perlu keberpihakan kolektif dunia untuk membela dan menyelesaikan permasalahan Palestina sehingga tercipta perdamaian.

Indonesia akan terus menggalang keberpihakan kolektif dunia untuk memperjuangkan Palestina. Menurut dia pada bulan Mei Indonesia akan menjadi presiden Dewan Keamanan PBB.

"Beberapa bulan terakhir ini semakin menyulitkan posisi Palestina, untuk itu perlu keberpihakan kolektif dunia," kata Retno dalam kuliah umum dengan tema "Diplomasi Indonesia: Tantangan dan Peluang" di Kampus UI Depok, Rabu (10/4/2019).

"Indonesia akan terus galang keberpihakan kolektif untuk memperjuangkan Palestina," lanjutnya.

Baca Juga: Sikap Presiden Palestina Tanggapi Pemilu Israel

Dalam kuliah umum ini Menlu juga menjelaskan sebagai anggota DK PBB delegasi Indonesia tentunya akan sibuk membahas perdamaian dunia misalnya perdebatan tentang senjata nuklir. Melakukan pertemuan bilateral dengan negara Perancis, Jerman dan lainnnya untuk membahas perdamaian.

Indonesia, katanya mempunyai politik bebas aktif. Bebas artinya memperjuangkan kepentingan nasional dan aktif dalam kontribusi perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan dunia.

Diplomasi kata Menlu saat ini tak mudah karena dunia penuh dengan ketidakpastian dan banyak hal-hal baru yang perlu disikapi dengan bijak.

Misalnya saja saat ini terjadi penurunan multirateralisme dan ada kecenderungan naik proteksionisme. Multilateralisme penting sekali bagi dunia karena ada negosiasi jadi jika ada aturan akan dapat memenuhi kepentingan banyak pihak.

Jika berbicara multilateralisme jangan jadi unilateralisme. Contoh WTO organisasi perdagangan dunia ini ada kesepakatan atau aturan perdagangan tapi banyak tak dipatuhi karena ada tindakan unilateralisme.

Baca Juga: Ratusan Tahanan Palestina di Penjara Israel Umumkan Aksi Mogok Makan

Selain itu dalam kuliah umum tersebut Menlu juga mengingatkan banyaknya negara-negara yang berkonflik yang membuat kebebasan menjadi sangat mahal.

"Kita inginkan kokohkan perdamaian," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI