“Itu yang saya tak terima, sampai mau merusak kemaluan anak saya,” ucapnya sedih.
LM berujar, anaknya AUD baru berani menceritakan kejadian yang menimpanya itu sekitar 2 minggu setelah kejadian.
“Anak saya baru berani bicara bahwa dia (AUD) dianiaya. Sekarang dia depresi, tertekan, trauma berat, terus psikisnya sangat terganggu, bahkan dia selalu mengigau (halusinasi) karena dibayangannya orang-orang yang melakukan penganiayaan selalu datang sehingga dia takut,” jelasnya.
Bersikukuh lanjutkan kasus ke jalur hukum
LM juga mengaku bahwa sempat ada upaya untuk mediasi terhadap pihaknya dengan keluarga pelaku dari Polsek Selatan. Namun dirinya bersikukuh untuk melanjutkan kasus ini ke jalur hukum.
“Saya tetap ingin melanjutkan melalui jalur hukum, karena ini menyangkut hidup anak saya. Terlebih lagi ini kekerasan, penganiayaan bahkan pengeroyokan. Bahkan mereka setelah melakukan pemukulan dan pengeroyokan membuat postingan di media sosial bahwa mereka bangga akan kelakuan mereka,” tegasnya.
Selain telah melaporkan kasus ini ke Polsek Selatan, pihaknya juga telah melaporkan kasus ini ke Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) bahkan sudah sampai ke Wali Kota Pontianak yang siang tadi, kata dia, datang langsung menjenguk AUD bersama istrinya.
LM turut menambahkan bahwa sebelum anaknya menjadi korban penganiayaan tersebut, sudah banyak juga informasi yang mengatakan bahwa gerombolan siswi SMA tersebut melakukan perbuatan serupa, namun tak dilaporkan.
“Yang saya tahu mereka menganiaya, mengeroyok anak saya habis-habisan dan yang paling parah kemaluan anak saya sampai dirusak. Ini termasuk kategori geng pelajar yang brutal dan nakal, ditambah postur tubuh mereka tinggi-tinggi dan besar,” imbuhnya.
“Saya berharap sekolah-sekolah para pelaku ini menindak tegas pelaku,” tandasnya.