Suara.com - Dalam 48 jam terakhir, sejumlah orang, termasuk seorang prajurit dilaporkan tewas dalam bentrokan di luar markas tentara Sudan di Khartoum.
Lewat sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin (8/4/2019), Komite Sentral Dokter Sudan mengungkapkan sejumlah orang terbunuh, di tengah upaya pasukan keamanan membubarkan unjuk rasa di luar markas tentara sejak Sabtu pekan lalu.
Para demonstran menuntut pengunduran diri Presiden Omar al-Bashir.
Sementara juru bicara untuk tentara dan pemerintah belum menanggapi pernyataan komite.
Baca Juga: Erdogan Serukan Pencabutan Sanksi Ekonomi pada Sudan
Di tengah keributan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta "semua pihak untuk menahan diri dan menghindari kekerasan".
"Sekjen mendesak penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia, termasuk kebebasan berkumpul, kebebasan berekspresi, dan pembebasan demonstran yang ditahan," kata juru bicara Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan seperti dilansir kantor berita Anadolu, Selasa (9/4/2019).
Guterres juga meminta pemerintah Sudan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mempromosikan dialog inklusif.
Sementara dari laporan Reuters, suara tembakan gencar terdengar saat protes berlangsung di luar gedung Kementerian pertahanan di Ibu Kota Sudan, Khartoum, pada Selasa (9/4/2019).
Tayangan langsung televisi Hadath, memperlihatkan pasukan keamanan berusaha membubarkan pemrotes dengan menggunakan kekerasan.
Baca Juga: Kenalkan Sheikh Farah, Nostradamus Asal Sudan
Beberapa pegiat juga mengatakan di dalam satu pernyataan yang disiarkan di media sosial bahwa tentara yang menjaga Kementerian Pertahanan berusaha menghalangi demonstran.