Suara.com - Anggota Dewan Pakar BPN Prabowo Subianto – Sandiaga uNo, Dradjad Wibowo, mengakui isi artikel media Inggris The Guardian, berjudul Joko Widodo: How 'Indonesia's Obama' failed to live up to the hype, bersifat faktual.
Sebab, menurutnya, banyak pendukung Presiden sekaligus Capres nomor urut 1 Jokowi yang justru kecewa terhadap kinerja sang patron.
Dradjad mengakui, pendukung Jokowi saat Pilpres 2014 terdiri dari banyak kalangan. Terutama pengusaha, akademisi, aktivis, dan keagamaan.
Tapi kekinian, para pendukung Jokowi pada Pilpres 2014 itu kerap mengutarakan kekecewaannya. Politikus PAN itu mengklaim, kekecewaan barisan pendukung Jokowi itu kerap diterimanya saat mengunjungi daerah-daerah.
Baca Juga: Komunitas LGBT Deklarasi Dukungan, Sandiaga: Saya Belum Dapat Informasinya
"Mereka kecewa terhadap kinerja Jokowi. Para pengusaha mengeluhkan bisnis yang makin seret. Sementara pemerintah memropagandakan 'ekonomi baik-baik saja'," kata Dradjad saat dihubungi Suara.com, Jumat (5/4/2019).
Dradjad menjelaskan, pendukung Jokowi yang berasal dari kalangan aktivis dan akademisi mengungkapkan kekecewaan karena rusaknya kualitas demokrasi. Banyak politik uang yang dilancarkan dengan memanfaatkan BUMN.
"Bagaimana kementerian, lembaga, BUMN dan pemerintah daerah menghamburkan uang negara untuk menaikkan elektabilitas petahana. Belum lagi intervensi aparat hukum. Lebih jelek dari Orba, itu pandangan sebagian dari mereka," ujarnya.
Karena temuan itu, Dradjad menyampaikan bahwa banyak dari mereka yang memilih untuk mendukung lawan petahana, yakni Prabowo – Sandiaga pada Pilpres 2019. Ada pula pendukung Jokowi pada Pilpres 2014 kekinian memilih golput.
"Jadi fenomena yang ditulis the Guardian itu akurat. Karena itu, saya tidak heran jika nanti golput akan tinggi. Mereka kebanyakan adalah mantan pendukung Pak Jokowi," tuturnya.
Baca Juga: Seru, 7 Finalis Miss Popular 2019 Berkunjung ke Suara.com
Namun, Dradjat tak bersepakat terhadap artikel The Guardian yang menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden AS Barrack Obama.
"Terlalu jauh levelnya. Di bawah Presiden Jokowi, hukum Indonesia menjadi pisau yang super tajam ke pihak yang berseberangan, super tumpul kepada pendukung Presiden Jokowi.”