Sahut-sahutan suara antara Faldo dan Budiman pun terjadi dan sulit dihentikan, hingga Najwa kewalahan.
Faldo menilai bahwa pernyataan Budiman mencerminkan sikap otoriter, sementara Budiman bersikeras menekankan bahwa people power tak perlu dilakukan, apalagi karena pengalaman pertumpahan darah yang dulu dialami Budiman membuatnya kehilangan banyak teman.
"Buat apa darah lagi? Teman saya banyak yang mati. Enggak perlu saya minta tambah satu lagi teman saya mati. Tidak usah. Jangan bermain-main dengan kata itu. Jangan. Bahaya," seru Budiman.
"Kita punya pengalaman, tapi buat apa?" lanjut Budiman, yang kemudian berhenti berbicara setelah berkali-kali diminta Najwa untuk mendengarkan argumen Faldo terlebih dahulu.
Baca Juga: Lelaki Telanjang Panjat Baliho Muhaimin Iskandar, Cuma Pakai Celana Dalam
"Kalau kita ngomong begini lebih otoritarian mana? Saya Pancasila, seseorang di atas dasar negara, itu parah juga itu. Jadi gini, saya melihat ada gejala otoritarian yang sangat besar di TKN ini," balas Faldo.
Setelah mendengar pernyataan itu, Najwa memberikan jeda untuk meredakan suasana.
Namun, perdebatan antara Budiman dan Faldo masih berlanjut di Twitter.
"Untuk @FaldoMaldini dan semua amatir yang belum pernah berdarah dan kehilangan teman-temannya yang hilang dan mati untuk demokrasi," cuit @budimandjatmiko, Jumat (5/4/2019).
"Terima kasih nasihatnya, Bang Bud. Saya bantu mention Pak @jokowi yang juga tidak pernah berdarah dan diculik untuk demokrasi. Beliau tentu hanya amatiran yang jualan mabel ketika Abang masuk penjara," respons Faldo.
Baca Juga: Misteri Amplop Luhut Untuk Kiai, BPN: Ada Indikasi Money Politics