Perangkap Thucydides dan Benarkah Kata Prabowo Militer Indonesia Lemah?

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 03 April 2019 | 18:22 WIB
Perangkap Thucydides dan Benarkah Kata Prabowo Militer Indonesia Lemah?
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan patung Thucydides (kanan). [kolase Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hamparan data mengenai kekuatan militer Indonesia tersebut akhirnya hanya menyisakan pertanyaan, “Perlukah anggaran militer kembali ditambah agar tak menjadi ‘si lemah’ dalam diktum Thucydides, agar tak diinvasi militer negara lain?”

Thucydides adalah saksi sejarah dari peperangan antara dua polis atau negara kota terkuat di Yunani arkais, yakni Athena versus Sparta yang terjadi antara 431 – 404 Sebelum Masehi.

Ia mengabadikan momen tersebut dalam jilid besar buku berjudul Sejarah Perang Peloponnesian. Dalam artikel ini, Suara.com menggunakan translasi MI Finley dan R Warner’s berjudul Thucydides: History of the Peloponnesian War (New York; 1972).

Delapan jilid buku Thucydides itu sebenarnya tak selesai. Kitab itu berakhir tiba-tiba di tengah bab, seolah-olah—suatu hari—Thucydides meletakkan pena dan pergi begitu saja dari meja tulis, dan tak pernah kembali.

Baca Juga: Atasi Konvoi Berisik, Polresta Surakarta Lakukan Layanan Keren

Karenanya, banyak tulisan kesaksian Thucydides yang membingungkan dalam buku tersebut, meski kitab babonnya itu dijadikan rujukan para politikus genre realis modern.

Dalam catatan Thucydides, perang Peloponnesia memuncak pada kemenangan Sparta yang mengejutkan atas Athena, dan mengakhiri dinamika kekuatan yang telah membentuk dunia Aegean kuno selama beberapa dekade.

Semuanya berubah setelahnya. Kedua kekuatan utama keluar dari perang yang sangat lemah, membuka pintu bagi aneksasi Yunani oleh Philip dari Makedonia—putranya Alexander Agung—dan, akhirnya, bangsa Romawi.

Melalui buku itu, Thucydides sendiri menawarkan genre baru dalam penulisan sejarah pada masa-masa kuno. Ia menyerang sejarawan beken pendahulunya seperti Homer dan Herodotus dan menawarkan gaya penulisan sejarah yang bertumpu pada ketelitian, ketajaman, dan analisis fakta-fakta sehingga ia mendapatkan gelar “bapak sejarah”.

Tapi, yang tak banyak diketahui—dan juga tak disebutkan Prabowo saat debat keempat Pilpres 2019—adalah, Thucydides merupakan seorang strategos atau komandan tingkat tinggi militer Athena.

Baca Juga: Kabur dari Lapas saat Salat, Pelarian Pembunuh Gadis Berakhir sama Tentara

Karenanya, banyak kesimpulan-kesimpulan Thucydides mengenai politik selalu dipengaruhi oleh strategi perang. Dengan kata lain, politik bagi Thucydides selalu ditujukan untuk keberlangsungan peperangan dan memenangkannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI