Perangkap Thucydides dan Benarkah Kata Prabowo Militer Indonesia Lemah?

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 03 April 2019 | 18:22 WIB
Perangkap Thucydides dan Benarkah Kata Prabowo Militer Indonesia Lemah?
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan patung Thucydides (kanan). [kolase Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Capres urut 2 Prabowo Subianto, secara tenang mengutip diktum penguasa polis Athena—kini Yunani—untuk mengawali debatnya dengan sang rival, Jokowi, mengenai kondisi militer Indonesia yang diklaimnya lemah, saat debat keempat Pilpres 2019, Sabtu (30/3) akhir pekan lalu.

“Saya ingat adagium Thucydides, sejarawan Yunani kuno yang hidup 2.500 tahun lalu, mengatakan bahwa strong will do what they can, and the weak suffer what they must. Yang kuat akan berbuat sekehendaknya yang lemah harus menderita. Karena itu saya menilai pertahanan Indonesia terlalu lemah, jauh dari yang diharapkan,” tuturnya.

Ini bukan kali pertama Prabowo menukil tulisan Thucydides, terutama mengenai diktum tersebut. Pada 21 Oktober 2017, ketika hadir dalam acara Conference on Indonesian Foreign Policy, di The Kasablanka,  Jakarta Selatan, Prabowo mengutip kalimat yang sama.

Sedangkan pada tanggal 14 Januari 2019, ketika membacakan pidato kebangsaan berjudul “Indonesia Menang”, di Plennary Hall Jakarta Convention Center, Prabowo juga mengutip diktum tersebut.

Baca Juga: Atasi Konvoi Berisik, Polresta Surakarta Lakukan Layanan Keren

Dalam debat keempat pilpres, Prabowo menjelaskan pertahanan dan keamanan adalah sangat penting untuk negara. Sebab, adalah suatu kemustahilan kekayaan bangsa bisa dinikmati rakyat kalau tak dijaga oleh kekuataan pertahanan yang kuat.

Setelah melontarkan adagium Thucydides, Prabowo mengatakan, ”Karena itu saya menilai pertahanan Indonesia terlalu lemah, jauh dari yang diharapkan. Kenapa? Karena kita tidak punya uang, karena itu kita harus menjaga keuangan kita. Kemana keuangan kita? Keuangan kita, kekayaan kita, harta kita tidak tinggal di Indonesia, karena itu kita lemah.”

Prabowo lantas mencibir diplomat-diplomat. “Mau kita diplomasi. Ada ini duta besar di sini, Your excellences, welcome. Apakah kita sadar bahwa sebenarnya kita diejek? Dia senyum di depan kita, tapi we have nothing we have no power.”

Tak puas, Prabowo lantas mengungkapkan pernyataan Menteri Pertahanan era pertama kepemimpin Presiden SBY, yakni Juwono Sudarsono, untuk menguatkan argumentasi bahwa militer Indonesia terlampau lemah.

“Pak Juwono Sudarsono mengatakan kepada saya, ‘I am not the Indonesian minister of defense. I am the Indonesian defenceless minister’. Jadi bagi saya, kita harus tingkatkan pertama adalah anggaran pertahanan, tapi untuk itu kita harus membuat sistem. Hentikan kebocoran, kurangi korupsi, ubah sistem sehingga kekayaan Indonesia tidak mengalir ke luar negeri. Ini masalah inti. Terima kasih,” tutup Prabowo.

Baca Juga: Kabur dari Lapas saat Salat, Pelarian Pembunuh Gadis Berakhir sama Tentara

Hampir sepekan debat keempat Pilpres 2019 itu berlalu, tapi publik masih mempertanyakan, “Apakah sektor pertahanan dan keamanan Indonesia harus diguyur lebih banyak lagi dana agar Indonesia tak menjadi lemah dan tergerus seperti diktum Thucydides?”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI