Kejanggalan di Masjid Al Noor Christchurch saat Teror, Pintu Tak Terbuka

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 30 Maret 2019 | 13:28 WIB
Kejanggalan di Masjid Al Noor Christchurch saat Teror, Pintu Tak Terbuka
Rabu (20/3) malam, warga Christchurch membentuk pagar betis mengelilingi jemaah salat Magrib di depan Masjid Al Noor. [Anthony Wallace/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah jemaah salat Jumat di Masjid Al Noor merasakan kejanggalan tatkala teror penembakan massal terjadi dua pekan lalu. Pintu darurat masjid itu tak bisa dibuka.

Ketika senapan serbu Brenton Tarrant mulai menyalak di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, Ahmad Alayedy bergegas untuk sampai ke pintu keluar darurat terdekat. Dia yang pertama di sana.

"Aku mencoba membuka pintu," katanya, seperti dilansir The Courier, Jumat (29/3/2019). "Tapi pintu itu tidak terbuka."

Alayedy dan jemaah salat Jumat di Masjid Al Noor yang selamat dari teror pada 15 Maret, menggambarkan adegan penuh kebingungan dan kejanggalan.

Baca Juga: TKN Tuding Anggota HTI Berlindung di Balik Prabowo Agar Bisa Eksis

Pintu darurat pada masjid itu tak bisa dibuka. Aneh, karena pintu tersebut biasanya tak terkunci terutama ketika terdapat jemaah di dalamnya.

“Banyak jemaah mulai menabrakkan dirinya ke pintu, tak juga terbuka. Justru ada jemaah yang beberapa tulang rusuknya retak,” tuturnya.

Khaled Alnobani, korban selamat lainnya, mengatakan 17 orang mungkin menemui ajalnya saat berusaha keluar melalui pintu tersebut.

Ia bersaksi, seorang tukang listrik melumpuhkan sistem buka-tutup pintu darurat itu sehari sebelum serangan.

”Kami yang selamat lantas bertanya-tanya, apakah hal itu ada hubungannya dengan teror sehari kemudian?” kata Khaled.

Baca Juga: Nissan Juke Terbaru Terciduk Uji Jalan, Siap Meluncur?

Yang jelas, tidak ada yang berhasil membuka pintu darurat masjid saat terjadi pembantaian.

Brenton Tarrant secara brutal memuntahkan banyak peluru di tengah ruangan masjid. Sementara jemaah yang berada di sisi-sisi dalam masjid berupaya menghancurkan jendela karena pintu darurat tak bisa dibuka.

Lima puluh orang dibantai oleh pria bersenjata itu di dua masjid Christchurch selama serangan tersebut, termasuk 42 orang yang tewas di Al Noor.

Alayedy dan yang lainnya mengatakan, jika pintu terbuka lebar seperti biasanya selama salat Jumat, lebih banyak orang mungkin lolos.

Shagaf Khan, Presiden Asosiasi Muslim Canterbury yang mengontrol masjid, mengatakan pintu itu tampak tertutup dan terkunci seperti pintu depan sebuah rumah.

Tapi, Shagaf berani bertaruh, ketika teror terjadi, pintu-pintu itu tak terkunci. Ia menduga, jemaah tak bisa membuka pintu karena terburu-buru dan dalam suasana panik.

“Benar tukang listrik mengganti sistem kunci baru pada hari Kamis, sehari sebelum teror. Tapi, sudah dipastikan sistem penguncian pintu itu dibuka saat salat Jumat,” tuturnya.

Dia mengatakan, untuk membuka pintu, seseorang perlu memutar tuas. “Kalau seperti terkunci, itu hanya kebetulan, dan mungkin karena cuaca dingin hari itu, pintu tak bisa terbuka lebar.”

"Kalau ketika salat ada gempa bumi atau kebakaran, mungkin jemaah masih punya waktu dan bisa membuka pintu itu. Tapi ketika itu situasinya berbeda, mencekam,” tambahnya.

Alayedy mengatakan bahwa dalam kepanikan, dia tidak dapat memastikan apakah gagal memutar tuas secara benar.

Sementara Khaled, meski juga berpikir kemungkinan yang sama, ia tetap merasa janggal. “Aku cukup biasa memutar tuas pintu. Aku percaya, pintu itu terkunci secara elektrik.”

REKOMENDASI

TERKINI