FACE OF JAKARTA: Peruntungan Para Penggali Kubur Mister X

Jum'at, 29 Maret 2019 | 16:10 WIB
FACE OF JAKARTA: Peruntungan Para Penggali Kubur Mister X
Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Agus, pria 47 tahun itu sedang menatap langit TPU Tegal Alur saat ditemui belum lama ini. Agus, penggali makam, mencari rezeki di kawasan yang sering dibanjiri air mata. FACE OF JAKARTA Suara.com mencari cerita di pemakaman itu.

Empat tiang besi berdiri kokoh di atas tanah menyangga tiang lain di atasnya. Kain warna biru tersibak menyelimuti bagian atas tiang-tiang itu.

Jadilah sebuah tenda sementara yang di bawahnya banyak orang berkumpul sedang meraung dan meratapi kesedihan ditinggal orang tercinta. Hari itu Kartoyo, bapak dari 5 anak sedang dikebumikan.

Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)
Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)

Cuaca panas di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur siang hari mampu di tahan oleh tenda biru itu, tapi tidak bisa membendung kesedihan keluarga Kartoyo. Satu jam sejak jenazah Kartoyo datang, berbondong-bondong orang mendatangi rumah terakhir Kartoyo itu.

Baca Juga: FACE OF JAKARTA: Jejak Kuburan Tanpa Nama dan Penggali Kubur Mister X

Mereka bergantian menabur bunga, memanjatkan doa, menyiram air mawar, menggenggam tanah dan batu nisan makam Kartoyo.

Satu persatu orang-orang itu akhirnya pergi dengan rasa duka di hatinya, memilih untuk menerima takdir yang telah mengambil kembali orang yang mereka cinta. Tenda biru itu pun juga ikut dirubuhkan, meninggalkan Kartoyo terbaring di tempat peristirahatannya untuk selamanya.

Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)
Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)

Sekitar 100 meter dari makam Kartoyo, dua jam sebelumnya ada juga tiga jasad yang dimasukan ke dalam pusara. Bedanya, hanya beberapa orang penggali makam yang mengantar kepergiannya.

Tak ada lantunan doa, taburan mawar, dan tangis kesedihan dari orang-orang yang ditinggalkan. Mereka hanya dibaringkan di dalam tanah, dikuburkan dan di tancapkan papan kayu bertulisan 'tak dikenal' di atas makamnya.

Mungkin saja orang-orang yang dikenal tiga jasad malang itu selama di dunia tidak mengetahui kalau mereka sudah dikebumikan. Mereka yang biasanya dikenal sebagai tunawan atau Mister X itu memang akhirnya dikubur setelah tak ada orang yang mau menjadi ahli waris atau sanak keluarga yang mengurusnya.

Baca Juga: FACE of JAKARTA: Malam Mingguan Plus-plus di Bioskop Senen

Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)
Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)

Agus, pria 47 tahun itu sedang menatap langit TPU Tegal Alur saat ditemui hari Selasa (26/3/2019), hari yang sama dengan pemakaman tiga tunawan dan Kartoyo.

Agus duduk sendirian ditemani motor matic milik keponakannya dan sebatang rokok kretek yang belum dihisap di tangannya. Agus menikmati hembusan angin dan pemandangan gugusan batu nisan dan domba-domba yang sedang menyantap rumput sekitar makam.

"Di sini enak, adem," kata Agus saat ditemui.

Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)
Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)

Agus bercerita kesehariannya bekerja serabutan. Kadang pekerjaan kadang tidak, tapi lebih sering menganggur. Agus tinggal tak jauh dari anak bersama anak lelakinya berusia sepuluh tahun di rumah orang tua Agus.

"Tuh, yang atap seng rumah saya," ujar Agus sambil menunjuk atap rumahnya yang masih terlihat dari tempat ia duduk.

Pria asli Cilember itu mengeluhkan istrinya yang sudah tidak pulang selama tujuh tahun. Istrinya mengaku pergi ke Malaysia meninggalkan Agus dan anaknya untuk mengadu nasib menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Harapannya, istrinya itu bisa membantu mendongkrak ekonomi Agus dan keluarganya.

Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)
Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)

Selama tujuh tahun Agus mencoba mencari kabar dari istrinya itu. Ratusan kali ditelepon tak diangkat, ditanya mertua dan kerabatnya tak ada yang tahu dimana dan kabar istri tercintanya.

Pernah Agus menemukan harapan karena berhasil mendapatkan nomor telepon istrinya. Saat itu menurut Agus tahun 2016. Agus mencoba menghubungi dan berhasil tersambung, namun bukan istrinya yang mengangkat tapi seorang lelaki. Tapi lelaki itu mengaku mengenal istri Agus.

Lantas Agus meminta untuk menitipkan pesan pada lelaki itu agar istrinya segera menghubunginya. Tapi setelah tiga tahun masih tidak ada kabar. Waktu terus berlalu bagi Agus bersama dengan anak lelakinya. Januari lalu, Agus juga gagal menyekolahkan anaknya karena masalah data penduduk.

Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)
Penggali kubur TPU Tegal Alur. (Suara.com/Fakhri)

Akhirnya Agus mengaku sudah pasrah. Ia hanya berharap istrinya pulang untuk segera mengambil anaknya itu karena kondisi Agus saat ini menurutnya untuk membiayai dirinya sendiri saja sudah sulit.

"Sekarang mah saya pengennya istri saya ngurusin anak saya saja. Mau dia nikah lagi juga gak apa," kata Agus.

Tak lama, dari tempat Agus terlihat tiga anak kecil sedang berjalan ke arah Agus. Ternyata salah satunya adalah anak Agus. Mereka bertiga hendak berenang di salah satu waduk di dekat TPU Tegal Alur.

Kuburan tanpa nama di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat. (Suara.com/Fakhri)
Kuburan tanpa nama di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat. (Suara.com/Fakhri)

Tak lama di waduk itu berkumpul anak lainnya dari wilayah sekitar TPU. Mereka langsung buka baju, telanjang bulat, melompat ke waduk dari bangunan di tengah waduk.

Mereka saling berteriak kegirangan, berenang, menyelam, meluapkan kegirangan mereka sore itu. Padahal tempat mereka hanya berjarak 50 meter dari deretan batu nisan TPU Tegal Alur. Salah satu tempat pemakaman terbesar di Jakarta itu ternyata tak hanya menampung kesedihan. Banyak juga rasa suka yang terpancarkan dari tempat biasanya orang berpisah untuk selamanya.

Kuburan tanpa nama di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat. (Suara.com/Fakhri)
Kuburan tanpa nama di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat. (Suara.com/Fakhri)

Zakaria, pria 45 tahun pemilik warung yang berlokasi di tempat di sebelah pintu keluar TPU mengatakan TPU Tegal Alur sekarang seperti taman. Zakaria yang sudah sejak kecil tinggal di sekitar TPU menyebut sudah perubahan wilayah sekitar tempat itu sudah sangat drastis.

Ia sempat merasakan ketika pemakaman itu masih berupa hutan dan tak ada lampu. Suasana mencekam dan horror masih menyelimuti daerah ia tinggal.

Tapi sekarang, di sore hari tempat itu menjadi tempat banyak orang melepas lelah, menghirup udara segar, tua-muda berjogging, anak-anak berenang di waduk, dan banyak orang menggantungkan hidupnya dengan mencari nafkah seperti Zakaria sendiri.

Kuburan tanpa nama di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat. (Suara.com/Fakhri)
Kuburan tanpa nama di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat. (Suara.com/Fakhri)

"Sekarang mah gak ada seremnya disini, udah jadi taman," kata Zakaria sambil bermain dengan putrinya.

Terlebih saat hari raya seperti Idul Fitri, menurut Zakaria hari itu seperti akan ada banyak pundi-pundi rezeki yang mendatangi TPU Tegal Alur karena banyak sekali orang yang berziarah ke makam.

Orang-orang berjualan mulai dari bunga, air mawar sampai minuman untuk menyambut peziarah. Warung dan rumah makan sekitar TPU juga ramai dikunjungi. Zakaria mewakili perasaan warga lainnya yang ikut berbahagia dengan kondisi TPU Tegal Alur hari ini.

Setiap harinya pemakaman itu dipenuhi dua perasaan yang berbeda, suka dan duka. Rasanya seperti setiap galian makam memberikan kesedihan yang dalam dan cahaya harapan bagi orang sekitar TPU Tegal Alur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI