
Tak terlihat juga taburan bunga dan air mawar seperti pemakaman pada umumnya. Hanya ada gundukan tanah dan papan kayu bertuliskan 'Tidak Dikenali', berjajar bersama dengan puluhan makam tunawan lainnya di area itu.
Andi dan para penggali makam lainnya segera beranjak untuk kembali beristirahat di bawah pohon. Andi kembali melanjutkan ceritanya. Ia mengaku masih merasakan kesedihan saat memakamkan jasad Mister X.

Menurutnya siapapun bisa mengalami nasib sama seperti para jenazah tunawan. Terkadang, ia sebagai salah satu orang yang memakakan Mister X, ia ingin mendoakan mereka saat meletakan jenazahnya di dalam kubur. Tapi Andi takut doanya salah karena ia tidak mengerti tata cara mendoakan mayat dengan benar.
"Masih sedih saja kadang saya. Ingin doakan tapi nggak ngerti," kata Andi.
Tak lama, Andi dan rekan-rekannya mengangkat pacul untuk pamit. Ia ingin mengerjakan makam lainnya di area pemakaman umum. Area makam tunawan berada terpisah-pisah. Di tempat saya, area tersebut bersebelahan dengan area Islam dan kuburan Cina.

Kondisi di area kuburan tunawan lainnya sangat memprihatinkan. Rumput tumbuh liar walau sesekali dipotong saat sudah tumbuh kelewat panjang. Lalu nisan yang hanya terbuat dari papan sudah rusak dan tulisannya sudah hilang. Bahkan sudah rata seperti tidak ada makam.
Jika tidak ada papan kecil itu, mungkin dikira hanya tanah kosong. Padahal, di dalamnya terbaring jasad manusia seperti makam lainnya.
Bedanya mereka tidak dikenali identitasnya. Rumah Mister X menjadi makam tak terawat, terlupakan dan tak terkenang.
Baca Juga: FACE of JAKARTA: Malam Mingguan Plus-plus di Bioskop Senen