Suara.com - Indonesia mengecam pertumpahan darah antar suku di Mali Tengah, Afrika. Sedikitnya 157 warga desa tewas dalam salah satu peristiwa pertumpahan darah terburuk di negara tersebut.
Reuters melaporkan serangan oleh orang-orang bersenjata yang membakar rumah-rumah tempat wanita dan anak-anak berada di dalamnya, telah meningkatkan konflik antara suku pemburu Dogon dan suku penggembala Fulani.
“Kita sangat prihatin dengan yang terjadi, dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban atas kekerasan yang baru-baru ini terjadi di Mali,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir dalam press briefing di Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Serangan itu terjadi kurang dari satu pekan setelah serangan maut dilancarkan oleh sekelompok penganut garis keras ke sebuah pos tentara di Mali Tengah, hingga menewaskan 23 tentara.
Baca Juga: Laporan Adanya Pria Bersenjata, Stasiun Kereta di Melbourne Dievakuasi
Sebuah kelompok jaringan Al Qaida menyatakan sebagai pelaku serangan tersebut.
PBB telah mengirim satu tim yang terdiri atas 10 ahli hak asasi manusia, agen perlindungan anak, dan dua penyelidik Misi Stabilisasi Terintegrasi Multidimensi di Mali (MINUSMA) untuk menyelidiki serangan yang terjadi pada akhir pekan lalu. (Antara)