Suara.com - Dia seorang veteran Perang Dunia II. Namanya John Sato, usia 95 tahun. Dia sengaja mendatangi masjid di daerah tempat tinggalnya di Kota Auckland, sebelum memutuskan bergabung dengan demo antirasis bersama warga lainnya di pusat kota itu.
Seperti dilansir dari ABC News, Rabu (27/3/2019), untuk meninggalkan rumah dan melakukan perjalanan bagi kakek keturunan Skotlandia dan Jepang ini tidaklah mudah. Apalagi usianya sudah mendekati satu abad.
Kini dia hidup seorang diri setelah istrinya mendahuluinya sekitar 15 tahun silam. Putri mereka satu-satunya, yang buta sejak lahir, juga sudah meninggal tahun lalu.
Dia mengaku sebenarnya agak ketinggalan dengan segala perkembangan dunia modern dewasa ini.
Baca Juga: KPU Senang MUI Mau Fatwa Haram Golput di Pemilu 2019
Sehari-harinya, Sato hanya menghabiskan waktu untuk jalan di sekitar tempat tinggalnya, menyibukkan diri dengan urusan rumahan, seperti membersihkan dan menyiapkan makanan.
Dia memiliki kebiasaan mendengarkan musik klasik dan opera dari salah satu siaran radio setempat.
Tapi ketenangan hidupnya ini, seperti juga ketenangan hidup warga Selandia Baru pada umumnya, tiba-tiba terusik pada 15 Maret lalu ketika teroris asal Australia menembaki jemaah masjid.
Sato merasa sangat sedih mendengar apa yang terjadi di Christchurch.
"Saya tak bisa tidur nyenyak sejak itu," katanya kepada Radio New Zealand (RNZ) yang dilansir ABC News.
Baca Juga: KPK Pastikan akan Periksa Menteri Agama Terkait Kasus Jual Beli Jabatan
"Saya rasa begitu menyedihkan. Kita bisa merasakan penderitaan orang lain," kata dia.