Sindiran Warga ke MUI: Enggak Usah Bawa Golput ke Persoalan Halal dan Haram

Rabu, 27 Maret 2019 | 12:47 WIB
Sindiran Warga ke MUI: Enggak Usah Bawa Golput ke Persoalan Halal dan Haram
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh ketika membuka FGD di Kantor MUI, Selasa (26/3). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Niam Sholeh mengeluarkan pernyataan haram jika ada umat muslim yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golput di Pemilu 2019.

Terkait hal itu, menurut salah satu warga Jakarta bernama Andhika (40), persoalan pilihan politik tidak bisa dicampuradukkan dengan hukum halal dan haram.

Andhika menjelaskan, MUI berhak mengeluarkan fatwa haram kepada warga yang memilih untuk golput di pemilu.

Namun dirinya berpandangan kalau pilihan untuk golput justru sebuah bentuk kritik terhadap pelaksanaan Pemilu 2019 termasuk pelaku-pelakunya.

"Kalau dia (Asrorun) mau menfatwakan ya monggo saja tapi yang pasti kan ini urusan partisipasi politik publik dan ini urusan keduniawian, enggak usah dibawa ke persoalan halal dan haram," kata Andhika saat dihubungi Suara.com, Rabu (27/3/2019).

"Bukan di situ poinnya, ini justru golput  sebenarnya menjadi kritik terhadap pelaksanaan pemilu terhadap aktor-aktor politk, terhadap orang yang berkompetisi," sambungnya.

Andhika hanya berpartisipasi saat pelaksanaan Pemilihan Presiden 2014 silam yang mempertemukan kedua calon presiden yakni, Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto.

Apa alasannya Andhika mau menggunakan haknya pada Pilpres 2014 itu?

Andhika menerangkan, dirinya kala itu menilai ada sosok yang merepresentasikan persona  yang biasa-biasa dan menjadi sesuatu. Andhika mengakui mayoritas masyarakat berharap banyak pada sosok tersebut.

Baca Juga: Cerita Ari Komat Kamit Baca Mantra di Rumah Jalangkung Depok, Dapat Apa?

"Dulu misalnya ada Jokowi yang sejarahnya seperti itu, dari nothing menjadi something tahun 2014, ada Prabowo yang semacam itu. Kita waktu itu memang harapannya kepada Jokowi, misalnya begitu ya," terangnya.

Namun, setelah adanya presiden yang terpilih pada 2014 dan berjalan hampir 5 tahun, ternyata harapan itu hanya sebatas angan-angan.

Andhika berpandangan kalau saat ini tidak lagi ada harapan serupa sesuai dengan harapan mayoritas masyarakat termasuk dirinya saat 2014 lalu.

Pada Pilpres 2019 ini, Andhika mengatakan kalau tidak bisa diharapkan apalagi untuk meminta perubahan kondisi negara.

Yang dipertunjukkan oleh kandidat baik capres - cawapres maupun pemilihan legislatif selama masa kampanye pun tidak memberikan imbas positif bagi masyarakat.

Belum lagi, menurutnya untuk kandidat capres - cawapres saat ini tidak memberikan keyakinan kepada Andhika untuk menggunakan hak pilihnya.

Lambannya penyelesaian kasus-kasus HAM masa lampau juga menjadi salah satu poin yang memperkuat Andhika untuk golput di Pilpres 2019.

"Penggunaan hal-hal yang menurut saya tidak pas dalam persoalan politik misalnya nih isu agama, isu rumah tangga, isu-isu privat, masyarakat ini tidak mendapatkan apa-apa dari cara berkampanye cara berpolitik seperti ini. Siapa yang menggunakan isu itu? Dua-duanya," ujarnya.

"Saya menilai ya enggak ada hope, enggak ada harapan orang-orang yang berkompetisi menurutku ini sangat personal memang menurut saya memang memenuhi sebut saja kriteria dari apa yang akan saya pilih misalnya gitu," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI