Pejuang ISIS secara teratur datang ke asrama untuk menekan Nur Dhania, saudara perempuannya dan wanita muda lainnya untuk menikah. Namun berulang kali mereka menolak.
Sementara kerabat laki-laki Nur Dhania dibawa ke kemah selama seminggu untuk mempelajari aturan Syariah.
Mereka diajari menggunakan senjata, termasuk AK-47 dan granat berpeluncur roket. Tetapi Nur Dhania bersikeras bahwa ayah dan pamannya menolak untuk berperang.
"Yang kami inginkan adalah menjadi warga sipil," katanya.
Baca Juga: Melongok Bagian Dalam Rumah Jalangkung yang Buat Heboh Warga Depok
Menolak Berperang
Tetapi Nur Dhania mengatakan, bahwa ketika saudara laki-lakinya menolak mengambil senjata untuk berperang, rezim ISIS menyalahkannya.
"Mereka memerintahkan dan memaksa orang untuk pergi berperang. Tetapi Alquran mengatakan bahwa tidak semua orang harus pergi berperang, dan beberapa orang perlu tinggal di kota," katanya.
Mereka berharap menemukan surga di Raqqa. Namun dalam setahun, keluarga itu berantakan.
Neneknya meninggal karena penyakit. Seorang pamannya terbunuh dalam serangan udara. Sementara yang lain menghilang sama sekali. Bersisa tinggal 17 orang penyintas dan memutuskan sudah waktunya untuk melarikan diri.
Baca Juga: Teka-teki Tahun Pembuatan Candi Sawentar Belum Terungkap
Kabur dari ISIS