Suara.com - Ada momen unik ketika Presiden Joko Widodo berdialog dengan tokoh adat dan masyarakat di panggung terbuka Ardha Chandra, Bali, pada Jumat (22/3/2019) malam.
Ketika itu, lokasi diguyur hujan deras. Jokowi pun tak segan memayungi seorang bendesa dari Tabanan bernama Nyoman Gedearse saat sesi dialog tersebut.
Seperti dikutip Suara.com dari Antara, Nyoman dipanggil Jokowi karena menyela pidatonya dengan kalimat sanjungan yang diucapkan sangat keras.
Jokowi kemudian memberikan pertanyaan kepada Nyoman di depan hadirin: "Pertanyaan saya, apa pandangan bapak ke depan mengenai negara ini?"
Baca Juga: Wow! Menginap di Sini, Tamu Boleh Bawa Barang Mewah dari Kamar Hotelnya
Nyoman pun menjawab lancar diawali dengan ucapan terima kasihnya kepada Jokowi. Dia pun menyebut bahwa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia--RED) adalah harga mati.
"Terima kasih Pak Jokowi. Saya pikirkan mungkin dari rumah bagaimana cara bertemu Pak Jokowi. Sekarang diberikan pertanyaan itu apa tujuan saya tentang NKRI ini. Seperti sudah dikatakan Pak Jokowi tadi, NKRI harga mati. Bagaimana kita harus bersatu dalam bentuk menjunjung tinggi dari segi kebhinekaan," tutur Nyoman.
Ketika Nyoman berbicara, mulai turun hujan. Jokowi pun memperlihatkan gestur meminta payung ke ajudannya. Tak seberapa lama, seorang pria membawakan payung untuk Jokowi.
Jokowi pun sempat meminta payung yang lebih besar. Kemudian, orang nomor satu di Indonesia tersebut tampak membagi payungnya dengan Nyoman yang tengah berorasi.
Melihat pemandangan Jokowi memayungi Nyoman di tengah hujan deras, hadirin pun tertawa dan bersorak. Nyoman tampak grogi alias kikuk. Orasinya terhenti sambil tersenyum.
Baca Juga: Meteor Baru Saja Meledak di Bumi, Kalahkan Bom Atom Hiroshima
Momen ini diunggah dalam bentuk video oleh pengguna akun jejaring sosial Twitter, @habibthink. Sabtu (23/3/2019).
"Bapak ini tiba-tiba grogi, tidak menyangka kalau seorang Presiden bersedia payungi rakyatnya," cuit akun @habibthink.
Jokowi pun meminta Nyoman meneruskan pendapatnya. "Sudah diteruskan," kata Jokowi.
"Makanya kalau memang NKRI harga mati pilihlah Pak Jokowi," ucapnya, lantang.
"Hati-hati malam ini bukan kampanye loh. Saya enggak kampanye. Tapi kalau Bapak silakan. Jadi kalau untuk Bali apa kira-kira yang diperlukan ke depan?" tanya Jokowi.
"Kalau di Bali seperti yang sudah disampaikan Pak Gubernur. Di satu sisi lagi bagaimana membudayakan adat istiadat yang dipelopori bendesa adat. Kalau mau dikasih Pak Jokowi silakan," kata Nyoman.
"Dalam bentuk apa?" tanya Jokowi.
"Apapun itu. Apapun yang bisa Pak Jokowi berikan saya siap menerimanya. Biar Bendesa Adat sebagai bentengnya budaya Bali. Tapi masih kosong Pak. Untuk ke depannya biar di Bendesa Adatnya juga ada bantuan APBN Pak Jokowi," kata Nyoman.
"Ya, ya saya setuju," kata Jokowi.
"Tapi kalau setuju Pak Jokowinya siap enggak tanggal 17 ini," kata Nyoman.
"Saya enggak kampanye ya," tegas Jokowi.
Presiden pun menitipkan pesan kepada masyarakat Bali agar tetap menjaga semangat dan budaya Bali dengan baik.
"Jadi hal keempat yang ingin saya sampaikan adalah saya titip kepada bapak ibu," ujar Jokowi, dan ketika itu Nyoman mengambil payung yang dipegang Jokowi.
"Gantian-gantian. Tadi juga bapak sudah saya payungi. Payungi gantian. Saya titip bapak ibu agar terus menjaga jiwa Bali, spirit Bali. Bali dikenal dikagumi seluruh dunia karena budayanya. Budaya yang hidup berkembang di desa-desa, bener yang disampaikan Pak Gubernur dan Pak Nyoman, budaya hidup dan masih dipraktikkan, budaya dan masih hidup dan dimajukan anak anak muda di banjar-banjar," tutur Jokowi.