Hasil Survei Capres Berbeda dengan Litbang Kompas, Ini Penjelasan SMRC

Jum'at, 22 Maret 2019 | 10:45 WIB
Hasil Survei Capres Berbeda dengan Litbang Kompas, Ini Penjelasan SMRC
Capres nomor urut 01 Joko Widodo dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan seusai mengikuti debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemilik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani menjelaskan soal perbedaan selisih elektabilitas kandidat Pilpres 2019 antara hasil survei SMRC dan Litbang Kompas yang berbeda.

Dalam hasil SMRC, selisih antara dua pasangan calon ialah 25,8 persen. Sementara dari hasil survei Litbang Kompas justru menyempit yakni 11,8 persen.

Saiful menjelaskan, hasil survei Capres - Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi - Maruf Amin makin meningkat karena beberapa faktor. Dalam survei itu, SMRC menerapkan sejumlah survei berdasarkan berbagai variable seperti ekonomi, politik, intesitas mobilisasi hingga sikap responden pasca debat pilpres.

"Dari semua itu saya tidak menemukan tanda-tanda yang membuat 01 turun dalam kurun waktu itu," kata Saiful dalam akun Twitter pribadinya @saiful_mujani pada Kamis (21/3/2019).

Baca Juga: Polling Pidato Terbaik Versi Fahri: Prabowo Lebih Berkelas Ketimbang Jokowi

Saiful menyebut, elektabilitas Jokowi - Maruf Amin sempat turun. Penurunan itu terjadi kala adanya agenda besar bertajuk Reuni Akbar 212 pada Desember 2018 lalu. Namun demikian, elektabilitas keduanya tetap di atas Capres - Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Elektabilitas Jokowi - Maruf Amin kembali naik pada Januari hingga Maret 2019 dengan berbagai faktor, salah satunya ialah debat pilpres.

"Apa yang membuat naik? pemirsa menilai 2 debat pertama dan kedua lebih positif ke 01. Mobilisasi 212 menurun pada Februari dibanding pada Desember," ujarnya.

Terkait dengan gap yang begitu jauh dengan hasil survei Litbang Kompas, Saiful mengatakan, bahwa perbedaan itu berasal dari jumlah responden yang memilih untuk tidak menjawab atau tidak tahu. Responden ini tidak bisa ditebak arah dukungannya.

"Dalam 4 kali survei terakhir sejak September, kenaikan 01 lebih karena menarik yang belum menentukan pilihan, bukan menggerogot 02. 02 relatif stabil di kisaran 29-33," cuitnya.

Baca Juga: Heboh Video Barisan Truk Kontainer Bergambar Jokowi - Maruf, inikah Isinya?

Responden yang memilih tidak menjawab atau tidak tahu bisa disebut sebagai pemilih yang belum menentukan pilihannya atau swing voters.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI