Suara.com - Teroris supremasi kulit putih yang melancarkan penembakan masjid di Selandia Baru pekan lalu teridentifikasi tidak melepaskan perempuan maupun anak kecil saat ia menembaki orang yang sedang Salat Jumat.
Sedikitnya 50 orang Muslim wafat dan banyak lagi cedera ketika Brenton Tarrant (28), pria kelahiran Australia, memasuki Masjid An-Nur dan Linwood di Kota Christchurch, Selandia Baru dan melepaskan tembakan secara membabi buta di kedua masjid tersebut.
Tarrant telah didakwa melakukan pembantaian dan ditahan di penjara dengan pengamanan maksimal di Auckland tanpa akses ke media cetak atau daring.
Empat anak kecil yang berusia di bawah 18 tahun meninggal dalam pembunuhan darah dingin dan anak-anak lain masih dirawat di beberapa rumah sakit yang berdekatan dengan lokasi penembakan, tulis kantor berita Anadolu, Kamis (21/3/2019) pagi.
Baca Juga: Dituduh Jadi Pelakor, Caleg PKPI Dilaporkan ke Polisi
Mucad Ibrahim
Mucad Ibrahim, yang berusia tiga tahun dan dilahirkan di Selandia Baru dari keluarga asal Somalia, sejauh ini adalah anak paling kecil yang dikonfirmasi telah meninggal di Masjid An-Nur.
Saudara dan ayahnya selamat dalam penembakan teroris itu dengan berpura-pura mati. Tapi Mucad, yang terlalu kecil untuk memahami apa yang sedang terjadi, berdiri dan berlari.
Ia ditembak dan meninggal di pelukan ayahnya.
"Ia adalah Kiwi yang dilahirkan sebagai Muslim yang penuh energi, cinta dan kebahagiaan," kata keluarganya di dalam satu pernyataan.
Baca Juga: Nasib Pilu Siswi SMP di Kapuas Usai 6 Hari Kabur Bareng Pacar
Kiwi adalah nama sebutan yang digunakan masyarakat internasional buat orang dari Selandia Baru.