Curah Hujan Ekstrem Penyebab Utama Bencana Banjir Sentani Papua

Selasa, 19 Maret 2019 | 16:40 WIB
Curah Hujan Ekstrem Penyebab Utama Bencana Banjir Sentani Papua
Anggota Basarnas mendorong perahu karet ketika melakukan evakuasi jenazah korban banjir bandang Sentani yang di temukan di sekitar perumahan Gajah Mada di Sentani, Jaya Pura, Papua, Selasa (19/3). [ANTARA FOTO/Zabur Karuru]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan turut berduka cita kepada para korban banjir bandang yang melanda Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Bencana banjir yang terjadi pada 16 Maret 2019 tersebut berada di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani Tami.

Berdasarkan data dan fakta yang dihimpun oleh KLHK, faktor utama penyebab bencana banjir bandang di Sentani adalah curah hujan yang ekstrem dan tinggi. Penjelasan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), IB Putera Parthama pada saat menggelar jumpa pers di Jakarta (19/3/2019).

“Banjir bandang di Sentani Papua disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi mulai pukul 19.00 sampai dengan 23.30 WIT. Data menunjukkan, debit air di wilayah Sentani pada malam tersebut melebihi kondisi normal, yaitu mencapai 193,21 m3/detik, yang menyebabkan debit aliran tinggi. Sementara itu, mulut sungai terhitung kecil dengan kapasitas tampung yang rendah yaitu hanya 91,38 m3/detik,” ujarnya.

Ia menambahkan, faktor lain yang menyebabkan bencana banjir bandang Sentani adalah kondisi hulu DAS yang tidak stabil. Hulu DAS tersebut memiliki kontur batuan yang kedap air sehingga membentuk bendung alami yang mudah jebol pada saat hujan tinggi.

Baca Juga: Menteri LHK Temui Masyarakat Aceh, Dialog Status Kawasan Hutan

Adanya perluasan kota dan permukiman di bagian hilir (daerah terdampak) turut memberikan dampak yang cukup signifikan.

Beberapa lokasi terdampak dari musibah banjir tersebut meliputi Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram, Sentani dan sekitarnya. Lokasi-lokasi tersebut merupakan dataran banjir (flood plain) dan berada di lereng kaki perbukitan yang terjal.

Luas daerah tangkapan air (DTA) di lokasi tersebut mencapai 15.199,83 hektare. Lebih lanjut Putera menyampaikan, luapan air Sungai Sereh/Tahara dan Sungai Kemiri masuk ke DAS Sentani yang berhulu di Cagar Alam Pegunungan Cycloop.

Menurutnya, penyebab banjir tersebut disebabkan oleh curah hujan yang sangat ekstrim disertai intensitas hujan yang sangat tinggi, serta debit puncak banjir yang melebihi pengaliran daerah tangkapan air (DTA). Faktor tutupan hutan di DAS Sentani terhitung baik dan berkisar 55 persen dari total area DAS. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pohon yang tercabut dari akarnya, serta adanya longsor pada area hulu DTA.

Putera menambahkan, di sekitar banjir bandang tidak ditemukan adanya pembalakan liar. Hal tersebut dapat dipastikan karena tidak ditemukan material kayu bekas tebangan yang hanyut terbawa banjir.

Baca Juga: KLHK Komitmen Tingkatkan Populasi Harimau Sumatera 2 Kali Lipat

"Pohon-pohon tersebut masih lengkap dengan ranting dan akar-akarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kayu-kayu tersebut bukan hasil kegiatan penebangan kayu yang menyebabkan banjir bandang," ungkap Putera.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI