"Tidak dapat dipercaya," kata dia. "Sisi di sebelah kanan saya, tempat biasanya saya salat, banyak sekali mayat."
"Jemaah yang terluka berteriak." Ia menenangkan mereka sampai polisi datang, yang kemudian membawanya keluar dari masjid.
"Pada saat itu saya tidak tahu bahwa jasad istri saya berada di gerbang lain."
Sejak penembakan itu, kebingungan menjadi hal yang biasa, saat kota tersebut memahami skala tragedi itu.
Baca Juga: Update Banjir Bandang Sentani, 89 Orang Tewas, 74 Orang Hilang
Suara-suara lirih terdengar saat pekerja kantoran dan murid-murid sekolah datang untuk meletakkan bunga di dekat masjid dan tempat ibadah sementara di sepanjang kota.
Namun terdapat kemurahaan hari dan solidaritas, yang diteladani dari korban seperti Ahmed, yang berkhotbah di masjid dan menganjurkan agar orang bisa memaafkan.
"Jika saya diberikan kesempatan, Saya ingin bertemu dengan Anda," katanya tentang pria bersenjata itu. "Saya ingin memeluk Anda dan saya ingin memberitahu langsung kepadanya bahwa dari hati yang paling dalam, Saya tidak dendam kepada Anda, saya tidak pernah membenci Anda dan Saya tidak akan pernah membenci Anda," ucap Ahmed.
"Saya ingin memeluknya lalu mengatakan: Saya telah memaafkannya". Saya ingin menyampaikan kepadanya, Jika ia masih memiliki ibu, Saya juga ingin memeluknya dan mengatakan padanya bahwa saya akan memperlakukan dia persis seperti tante saya sendiri... Saya ingin menyampaikan pesan itu."
Baca Juga: Diterjang Topan Idai, 1.000 Lebih Warga Mozambik Diperkirakan Tewas