Suara.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut kombinasi faktor alam dan manusia menjadi penyebab utama terjadinya banjir bandang di Sentani, Jayapura pada Sabtu (16/3/2019).
Kapusdatinmas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebelum terjadinya banjir bandang di Sentani, curah hujan di daerah tersebut diketahui mencapai tingkat ekstrem.
Curah hujan diketahui mencapai 248,5 mm dan mengguyur Sentani dan pegunungan Cycloop selama tujuh jam, mulai pukul 17.00 hingga 24.00 WIT. Hal ini menurut Sutopo sangat tidak wajar, mengingat jumlah curah hujan sebesar itu normalnya terjadi dalam waktu satu bulan.
Akibatnya, air sungai meluap dan alirannya tidak bisa menampung debit air yang sudah berlebihan.
Baca Juga: Berusia 5 Hari, Sandiaga Uno Hanya Bisa Menangis Digendong Sang Ibu
Hulu sungai yang berkontur tanah curam menjadikan air mengalir sangat deras, ditambah bebatuan yang menyusun aliran sungai terbuat dari batuan berjenis remah yang mudah hancur.
Batuan yang hancur itu akhirnya membentuk bendungan-bendungan kecil hingga menahan laju air. Setelah debit air yang menumpuk di bendungan-bendungan kecil tersebut semakin bertambah karena hujan deras.
Air dengan volume besar tak terbendung dan terjadilah banjir bandang yang menghantam sembilan kelurahan di Sentani. Daerah yang terdampak banjir bandang merupakan wilayah hilir sungai yang memiliki tanah dengan topografi datar.
"Curah hujan ekstrem, batuan mudah hancur, dan bendungan kecil seperti kita tahu akhirnya terbentuk adalah faktor alam penyebab banjir bandang," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (18/3/2019) malam.
Berdasarkan faktor manusia, Sutopo menyebut kegiatan penambangan pohon liar dan penggalian merusak Pegunungan Cycloop.
Baca Juga: Bawa Gadget di Debat, BPN: Komitmen Sandiaga Dukung Paperless
Padahal, pegunungan tersebut seharusnya menjadi penyerap air hujan. Sutopo juga mengatakan kerusakan tersebut bahkan sudah terjadi sejak tahun 2003.
"Faktor ulah manusia ini adalah perusakan di pegunungan Cycloop," kata Sutopo.