Suara.com - Cawapres nomor urut 01, Ma'ruf Amin menyebut jumlah perusahaan rintisan atau startup Indonesia sudah mencapai 1.000 dalam lima tahun terakhir. Hal ini dikatakannya saat debat pilpres ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019) malam.
Lantas bagaimana fakta sebenarnya, apakah klaim Ma'ruf Amin itu benar adanya?
Mengutip kantor berita Antara, data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2016 memiliki program Gerakan 1.000 Startup Digital untuk melahirkan perusahaan-perusahaan rintisan baru.
Berdasarkan data Kominfo pada Oktober 2018, program itu sudah melahirkan 525 startup.
Baca Juga: Debat Lawan Maruf Amin, Prabowo: Sandiaga Hebat!
Namun, jumlah startup yang tercatat itu merupakan para peserta yang tergabung dengan program Kominfo. Padahal, terdapat banyak gerakan untuk mengakselerasi startup di Indonesia.
Program Indigo Creative Nation yang digagas PT Telkom, misalnya, pada pertengahan 2018 sudah menginkubasi 111 usaha rintisan.
Sementara, data terbaru dari situs registrasi perusahaan rintisan startupranking.com, Indonesia telah memiliki 2.079 perusahaan rintisan dan menempati posisi kelima di dunia. Indonesia berada di bawah Kanada yang memiliki 2.485 startup.
Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI), di sisi lain, mencatat jumlah startup di Indonesia pada 2018 mencapai 992 perusahaan rintisan.
Riset yang termuat dalam buku "Mapping & Database Startup Indonesia 2018" itu bertujuan agar Indonesia memiliki data valid tentang jumlah startup di Indonesia.
Baca Juga: Emak-emak Teriak Ada Bom di Rumah Aspirasi Jokowi - Maruf Disebut Trauma
Angka itu didapatkan tim MIKTI berdasarkan verifikasi langsung ke lapangan maupun mengakses situs dan aplikasi resmi perusahaan terkait.
Data dari MIKTI menunjukkan lebih dari separuh perusahaan rintisan itu berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Persentasenya mencapai 52,62 persen dengan jumlah total 522 startup.
Sumatera berada di urutan kedua dengan jumlah startup terbanyak, yaitu 115 atau 11,53 persen.
Jawa Tengah memiliki 30 startup (3,02 persen), Yogyakarta 54 startup (5,44 persen), Jawa Barat 44 startup (4,44 persen), dan Jawa Timur 113 startup (11,39 persen).
Wilayah lainnya, berdasarkan data MIKTI, yaitu Bali dan NTB punya 32 startup (3,23 persen), Kalimantan 24 startup (2,42 persen), Sulawesi 34 startup (3,43 persen) dan tidak diketahui domisili sebanyak 24 startup (2,42 persen).
Sebanya 60,89 persen atau 604 startup berdiri pada 2013 hingga 2018. Mayoritas startup itu berbadan usaha dalam bentuk perseroan terbatas (PT) dengan total sejumlah 504 startup.
Sebanyak 352 startup yang didata bergerak dalam bidang e-commerce. Sedangkan bidang untuk teknologi finansial sebanyak 53 startup dan 55 startup pada bidang gim.
Temuan lain yang menarik dari MIKTI adalah sebanyak 69,20 persen para pendiri startup itu merupakan generasi Y yang lahir pada periode 1981-1994 dengan tingkat pendidikan mayoritas Strata 1.
Dari segi gender, 91,18 persen pendiri startup adalah laki-laki. Sedangkan perempuan sebanyak 8,82 persen.
Sebanyak 992 startup itu menyerap 55.903 tenaga kerja. Mayoritas startup yang didata (88,25 persen) memiliki jumlah karyawan lebih dari 50 orang dan hanya 1,90 persen startup di Indonesia yang memiliki karyawan lebih dari 500 orang.