FACE of JAKARTA: Hikayat Proyeksionis Terakhir Bioskop Senen

Sabtu, 16 Maret 2019 | 07:10 WIB
FACE of JAKARTA: Hikayat Proyeksionis Terakhir Bioskop Senen
Bioskop Senen, Grand Theater dan Mulia Agung Theater. (Suara.com/Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Generasi 1990-an pernah dihibur dengan Bioskop Senen. Film silat sampai percintaan klasik dipertontonkan, juga film 'agak panas'. Kini Grand Theater dan Mulia Agung Theater tinggal kenangan, rapuh dan tak terurus. Bioskop Senen sudah ditutup akhir 2016. Suara.com datang ke sana pertengahan pekan ini.

Bioskop tua di persimpangan Senen, Jakarta Pusat kini tinggal kenangan. Konon sudah ada sejak tahun 1920-an itu sempat mencapai masa kejayaanya pada tahun 1980 hingga 1990-an sebagai tempat hiburan di Ibu Kota Jakarta.

Bioskop itu adalah Grand Theater dan Mulia Agung Theater. Pertengahan pekan ini, Suara.com mendatangi gedung bioskop yang telah ditutup sejak 31 Desember 2016 itu.

Bioskop Senen, Grand Theater dan Mulia Agung Theater. (Suara.com/Yasir)
Bioskop Senen, Grand Theater dan Mulia Agung Theater. (Suara.com/Yasir)

Di persimpangan Senen, Jakarta Pusat, sebuah papan reklame bertuliskan Grand Theater dan Mulia Agung Theater itu masih tampak terlihat, meski samar lantaran telah berkarat. Sementara, dari luar banguanan gedung bioskop itu tampak telah usang termakan usia. Beberapa sisi banguanannya terlihat telah mengalami keruskan.

Baca Juga: Aksi Bapak-bapak Merokok di Bioskop Ini Bikin Kesal Warganet

Sedikit mendekati bangunan gedung bioskop tersebut, tampak sebagian bangunan di sekitar gedung bioskop tersebut kini di manfaatkan seseorang untuk berjualan DVD. Seseorang itu bernama Dani Mulyana (48). Pria asal Garut, Jawa Barat itu ternyata mantan proyeksionis atau pemutar roll film dengan proyektor analog di bioskop Grand Theater dan Mulia Agung Theater, Senen, Jakarta Pusat.

Dani mengaku pasca bioskop Grand Theater dan Mulia Agung Theater berhenti beroperasi dirinya beralih profesi sebagai penjual DVD bajakan. Profesi itu, terpaksa dilakoninya demi menutupi biaya hidup sehari-hari. Meski, Dani mengaku dari hasil penjulannya itu hanya cukup untuk makan dan rokok saja.

Bioskop Senen, Grand Theater dan Mulia Agung Theater. (Suara.com/Yasir)
Bioskop Senen, Grand Theater dan Mulia Agung Theater. (Suara.com/Yasir)

“Saya beli satu DVD itu Rp 4.000 terus saya jual Rp 6.000, paling sehari laku tiga sampai empat, itu habis untuk makan sama rokok sehari-hari aja,” tutur Dani.

Dani menceritakan dirinya mulai bekerja sebagai proyeksionis di bioskop Grand Theater dan Mulia Agung Theater pada tahun 2008. Dani sendiri menceritakan sebelumnya telah memiliki pengalaman bekerja di beberapa bioskop tua di Garut yakni, bioskop Sumbersari dan Cikuray. Mulai dari penyobek tiket, pengantar film, hingga akhirnya menjadi seorang proyeksionis.

Baca Juga: Curhat Warganet Pergoki Sejoli Mesum di Bioskop, Kesaksian Lain Lebih Parah

Dani menuturkan masa-masa kecilnya memang banyak dihabiskan di bioskop. Semasa duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dani kerap membolos untuk sekadar menonton film di bioskop Sumbersari di Jalan Ahmad Yani, Garut, Jawa Barat yang persis berada dibelakang rumahnya itu. Dani mengatkan ayahnya sendiri merupakan petugas penyobek tiket di bioskop Sumbersari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI