4 Cerita Baru Kiamat Ponorogo, Meteor Jatuh sampai Misteri Padepokan Musa

Jum'at, 15 Maret 2019 | 07:05 WIB
4 Cerita Baru Kiamat Ponorogo, Meteor Jatuh sampai Misteri Padepokan Musa
Ilustrasi Bumi ditabrak oleh objek antariksa. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masih soal kabar kiamat Ponorogo di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Sedikitnya 52 warga atau 16 KK di Desa Watu Bonang, Kecamatan Bagedan, Ponorogo ramai-ramai eksodus ke Malang. Puluhan warga itu percaya kiamat sudah dekat. Aparat pemerintah desa Watu Bonang sempat dibuat kaget akan aksi eksodus puluhan warganya itu.

Bahkan sejumlah guru SDN 2 Watu Bonang juga dibuat kaget, karena banyak siswanya yang bolos sekolah karena ikut orang tua mereka eksodus ke Malang, Jawa Timur. Tercatat sedikitnya ada 10 orang siswa di sekolah itu yang sampai saat ini tidak masuk sekolah. Diduga mereka ke ikut dibawa orang tuanya ke Malang

Taman mengungkapkan, pihak sekolah sebelumnya juga tidak diberi tahu alasan absainnya sejumlah siswa SDN 2 Watu Bonang oleh orang tua. Tiba-tiba menghilang begitu saja. Atas peristiwa itu, Taman sangat menyayangkan dengan keputusan orang tua siswa yang tidak pamit kepada sekolah.

Apalagi, kata Taman, dari 10 siswa itu ada 3 orang siswa yang sudah kelas 6. Di mana mereka sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional.

Baca Juga: Heboh Isu Kiamat, Ini Misteri Padepokan Gunung Pengging Musa AS

Berikut 4 cerita baru isu Kiamat Ponorogo:

1. Tunggu Meteor saat Ramadan

Sebanyak 52 warga atau 16 kepala keluarga di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, melakukan eksodus ke daerah Malang, gara-gara terindoktrinasi mengenai kiamat sudah dekat. [Facebook]
Sebanyak 52 warga atau 16 kepala keluarga di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, melakukan eksodus ke daerah Malang, gara-gara terindoktrinasi mengenai kiamat sudah dekat. [Facebook]

Kiai Haji Ramli Soleh Syaifuddin, pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin, Kabupaten Malang, Jawa Timur, meluruskan informasi mengenai dirinya mengeluarkan fatwa kiamat datang sebentar lagi. Fatwa itu sempat menggegerkan warga Jatim, setelah 52 warga Desa Watubonang Probolinggo menjual lahan, rumah, sampai harta benda.

Sebab, puluhan warga itu meyakini kebenaran fatwa bahwa desa mereka yang kali pertama hancur saat kiamat tiba. Setelah menjual harta bendanya, mereka pergi ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadiin. Kiai Ramli Soleh Syaifuddin menegaskan, informasi tentang fatwa hari kiamat yang beredar adalah bohong alias hoaks.

Ia menjelaskan, informasi itu sebenarnya bersumber dari program tiga bulanan jelang Ramadan yang selalu digelar ponpes. Dalam menerangkan 10 tanda kiamat itu, kata Kiai Ramli, ia menganjurkan kepada pengikutnya untuk bersatu.

Baca Juga: Katimun, Biang Kerok Isu Kiamat Kini Diburu Polisi

Soal pengikutnya diminta menjual aset-aset yang dimiliki untuk bekal akhirat, dibawa dan disetorkan ke pondok pesantren karena akan kiamat, Kiai Ramli membantahnya. Ia menjelaskan, sudah tiga tahun terakhir, ponpes yang dipimpinnya menjalankan program triwulan untuk menyongsong Ramadhan yang ditandai dengan munculnya meteor, salah satu dari 10 tanda-tanda kiamat.

Karenanya, setiap tiga bulan sebelum Ramadan, ia mengajak pengikutnya untuk berjaga-jaga andai kata meteor datang setelah bulan suci itu maka kiamat datang. Hal itu, kata Kiai Ramli, terdapat dalam hadis, yakni disebutkan bahwa untuk menyongsong kiamat diharuskan menyiapkan bahan makanan untuk satu tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI