Suara.com - Greta Thunberg, seorang remaja 16 tahun asal Swedia, dinominasikan sebagai salah satu kandidat peraih Nobel Perdamaian tahun ini. Siapa dia, dan kenapa dia sampai bisa dinominasikan?
Sebagaimana antara lain ditulis BBC, Kamis (14/3/2019), Greta adalah seorang anak sekolah yang bisa dikatakan menginspirasi gerakan internasional terkait masalah perubahan iklim. Dia diberitakan telah dinominasikan oleh setidaknya tiga anggota parlemen Norwegia.
"Kami telah mengusulkan Greta Thunberg karena jika kita tidak melakukan apa-apa untuk membendung perubahan iklim, hal itu akan menjadi penyebab peperangan, konflik, serta (masalah) pengungsian," tutur anggota parlemen Norwegia dari kalangan sosialis, Freddy Andre Ovstegard, seperti dikutip AFP.
"Greta Thunberg telah meluncurkan sebuah gerakan masif yang saya anggap sebagai sebuah kontribusi besar terhadap perdamaian (dunia)," tambahnya.
Baca Juga: Hadir di Atma Jaya, Peraih Nobel Kedokteran Sampaikan Pesan untuk Milenial
Greta sendiri telah mengetahui berita tersebut, dan melalui media sosial menyampaikan bahwa dirinya merasa terhormat atas nominasi tersebut.
"Merasa terhormat dan sangat bersyukur atas nominasi ini," cuit Greta melalui akun Twitter-nya yang bercentang biru, @GretaThunberg, sembari me-retweet sebuah pemberitaan dari The Globe and Mail.
Sebagai catatan, jika Greta akhirnya menang, maka ia akan menjadi peraih Nobel Perdamaian termuda. Tepatnya, dia akan "memecahkan rekor" Malala Yousafzai, sosok terkenal asal Pakistan yang menerima penghargaan itu ketika berusia 17 tahun (2014).
Tapi, seberapa besar sebenarnya peran Greta Thunberg, dan bagaimana wujud gerakan sosial masif yang dimunculkannya itu?
Untuk diketahui pada Jumat (15/3) ini, diperkirakan ribuan murid-murid sekolah di lebih dari 100 negara secara serentak akan kembali melakukan aksi protes terkait perubahan iklim. Aksi kali ini disebut-sebut akan menjadi yang terbesar sejauh ini.
Baca Juga: Bisnis Unik, Remaja Ini Hasilkan Rp 21 Juta saat Liburan Sekolah
Aksi para pelajar ini sendiri terinspirasi gerakan Fridays For The Future (Jumat untuk Masa Depan) yang dimulai oleh Greta hingga mempopulerkan hashtag #FridaysForFuture.
Sejauh ini, aksi unjuk rasa serupa secara reguler sudah dilakukan di beberapa negara di dunia, termasuk di antaranya Jerman, Belgia, Inggris, Prancis, juga di Australia dan Jepang.
Greta yang di akunnya mendeskrispsikan diri sebagai "seorang aktivis iklim berusia 16 tahun dengan (sindrom) Asperger" diketahui menginisiasi aksi protes murid sekolah terkait perubahan iklim itu pada Agustus tahun lalu, di depan parlemen Swedia. Sejak itu, dia sudah kerap absen sekolah di sebagian besar hari Jumat, demi menjalani unjuk rasa serupa.
Dia kemudian mulai menarik perhatian internasional setelah mendapat kesempatan berbicara di ajang UN Climate Talks di Polandia pada Desember 2018 lalu, serta di World Economic Forum di Davos (Swiss) pada Januari lalu.
"Terkait perubahan iklim, kita harus mengakui bahwa kita (semua) telah gagal," ungkap Greta Thunberg di hadapan para pemimpin ekonomi dunia di Davos saat itu.
Sekadar informasi, nominasi kandidat penerima hadiah Nobel bisa dilakukan antara lain oleh para politisi, petinggi lembaga internasional, akademisi, atau peraih Nobel sebelumnya. Pemenang atau peraih hadiah Nobel itu sendiri diumumkan pada Oktober, dan penganugerahan biasanya dilakukan pada Desember di Oslo, Norwegia.
"Ada 301 kandidat untuk Hadiah Nobel Perdamaian pada 2019 ini, di mana sebanyak 223 adalah individu dan 78 merupakan organisasi," jelas Komite Nobel di situs resmi mereka.
"Nama pada nominator dan nominee (penerima nominasi) biasanya tidak disampaikan ke publik hingga 50 tahun kemudian," tambah keterangan di situs itu, menjelaskan tidak adanya daftar para kandidat tersebut.