Suara.com - Direktur Program Tim Kampanye Nasional (TKN) Aria Bima mengaku tak menyoal adanya pernyataan antipati para keluarga korban penculikan aktivis 1998 terhadap Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Aria mengatakan, selama pernyataan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan tidak mengandung unsur kampanye hitam masih diperkenankan. Ia mempersilakan pendukung paslon untuk menggunakan negative campaign.
"Siapa pun bisa ngomong asal bisa berani tanggung jawab. Tidak boleh hoaks, tidak boleh hoaks, fitnah, ujaran kebencian. Asal itu negative campaign masih silakan, yang enggak boleh adalah black campaign-nya," ujar Aria di Hotel Sultan, Kamis (14/3/2019).
Ia juga menilai adanya bentuk dukungan dari keluarga korban penculikan 98 kepada Jokowi merupakan sebuah dinamika politik menjelang hari pemilihan.
Baca Juga: Inggris Wakilkan 4 Klub di Perempatfinal Liga Champions, Pertama Sejak 2009
"Itu dinamika, dinamika pilpres semua bisa menyampaikan ya yang penting rakyat bisa secara jernih mengerti persis kompetensi siapa yang akan dipilih," ucapnya.
Sebelumnya, keluarga korban penculikan pada peristiwa 1998 kompak menyatakan dukungan kepada capres petahana Joko Widodo. Mereka menolak tegas capres lainnya yaitu Prabowo Subianto.
Dugaan terhadap Prabowo bahwa ia adalah pelaku pelanggaran HAM 98 mendasari sikap antipati keluarga korban kepada Prabowo. Mereka menyerukan larangan dan ajakan untuk mengalahkan Prabowo dengan kaos bertuliskan #KalahkanCapresPelanggarHAM.
"Saya berharap kepada adek-adek, saya minta supaya adek-adek pilih Jokowi jangan siapa-siapa, jangan monster itu yang dipilih," kata Damaris Hutabarat orang tua dari Ucok Munandar Siahaan korban penculikan '98, di Hotel Grand Cemara, Rabu (13/2/2019)
Baca Juga: Cerita Prabowo Tertahan di Bandara sampai Telat Kampanye di Jambi