Suara.com - Faisol Reza, aktivis korban penculikan tahun 1998. Namun nasibnya agak beruntung dibanding dengan belasan aktivis lain yang belum jelas keberadaannya hingga saat ini. Faisol Reza merupakan satu dari 3 aktivis yang dibebaskan setelah diculik di era reformasi.
Ibunda Faisol, Marufah menuturkan berdasarkan pengakuan dari anaknya, Faisol dapat bebas kembali setelah diculik lantaran latar belakang keluarga Faisol Reza yang merupakan Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus status santri yang melekat pada Faisol Reza.
Namun begitu, Marufah mengaku khawatir saat tahu penculikan ikut menyeret Faisol Reza pada 12 Maret 1998.
"12 Maret 1998 itu dia diculik katanya dia diculik saking jauhnya nggak pernah ada berita, jarang komunikasi dengan saya. Suatu sore saya beli koran di situ tercantum Faisol Reza sama Waluyo Jati ditangkap, diculik di RS Fatmawati saya kaget karena anak saya," kata Marufah di Hotel Grand Cemara, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2019).
Baca Juga: Ibu Korban Penculikan 98: Jangan Sampai Pelanggar HAM Jadi Presiden
Saat mengetahui kabar tersebut, kekhawatiran Marufah semakin menjadi. Ia yang kala itu ingin berangkat langsung ke Jakarta mencari kabar anakanya dibenturkan dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan. Sisa uang yang ada di kantong Marufah hanya tinggal Rp 16 ribu
Beruntung ada seseorang yang diduga Marufah merupakan aktivis datang kepadanya dengan memberi bantuan uang Rp 1 juta untuk bekal keberangkatan Marufah ke Ibu Kota. Sebelumnya, Marufah juga mendapatkan telepon dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Jakarta yang menyatakan Faisol Reza diculik. LBH kemudian meminta Marufah untuk datang ke kantornya.
"Saya berangkat denga uang Rp 1 juta, Rp 16 ribu naik bus saya transit di Kampung Melayu. Saya ketemu dengan Johnson Panjaitan beliau bilang sama saya ibu nih dari mana? saya dari Probolinggo. Datang ke sini untuk apa? Anak saya hilang," ujar Marufah.
"Bu saya kasih tahu Indonesia dalam keadaan kacau balau, ibu datang ke Jakarta sendirian mencari anak hilang itu bagaikan mencari jarum ditumpukan jerami," ucap Marufah mengulang perkataan Johnson.
Namun Marufah yang meyakini anaknya bisa kembali itu tak patah arang. Ia lantas melanjutkan perjalanannya menuju ke LBH Jakarta. Di sana ia bertemu dengan dengan sejumlah aktivis, termasuk Munir.
Baca Juga: Keluarga Korban Penculikan 98: Pilih Jokowi, Jangan Pilih Monster Itu!
Setelah di LBH Jakarta, Marufah mencurahkan kekhawatiran dan ketidakberdayaannya untuk mencari anaknya Faisol Reza seorang diri kepada para aktivis. LBH Jakarta pun mengulurkan tangan mengajak Marufah untuk mencari bersama-sama keberadaan Faisol Reza dan sejumlah aktivis lain yang dikabarkan hilang diculik.
Selama satu bulan saya empat kali datang ke Jakarta. Saya dipersilakan pulang sama Munir, esok harinya Faisol Reza telepon sama saya, aku keluar, aku mau pulang," sontak Marufah merasa kaget sekaligus tenang menerima kabar kepulangan dari Faisol Reza langsung.
Marufah menawarkan diri untuk menjemput anaknya. Namun dengan alasan keamanan, Faisol Reza meminta Marufah untuk tidak menemuinya terlebih dahulu.
"Kamu mau dijemput? Saya di kereta di Surabaya ibu nggak usah nemuin saya karena saya dibuntuti intel, saya akan pulang sendiri ke rumah," kata Marufah mengulang jawaban Faisol Reza.
Marufah baru bertemu lagi dengan Faisol Reza ketika ia sampai di rumah. Bukannya senang, Marufah mengaku kaget melihat anaknya dalam keadaan lusuh, rambut yang jabrik dan penuh luka di sekujur tubuh. Namun Faisol Reza, kata Marufah, tidak pernah menceritakan apa yang menimpa dirinya tersebut.
Faisol Reza menutupi cerita penculikan dan penyekapannya kepada sang ibu. Ia hanya sedikit bercerita ke adik-adiknya, dan hal tersebut diketahui juga akhirnya oleh Marufah.
"Katanya luka-luka di sekujur tubuh adalah sundutan rokok. Jadi yang paling dia rasakan beratnya penyiksaan adalah pertama ditidurkan di balok es sama Waluyo Jati ditidurin di balok es dalam keadaan telanjang," tutur Marufah.
"Kedua digantung pake tali tapi kepala di bawah entah berapa menit dilakukan seperti itu sampai sekarang nggak pernah cerita. Jadi mungkin rambut berdiri mungkin syaraf-syarafnya tegang," ujarnya.
Sesampainya di rumah, Faisol Reza masih merasa cemas dan stres lantaran keberadaan intel yang masih membuntuti dirinya. Ia kemudian memutuskan pergi meinggalkan rumah dan berpindah-pindah tempat dalam durasi singgah yang singkat.
"Tapi dia duduk stress kakinya naik di atas kursi, ada kucing lewat kagetnya setengah mati, kucing lewat di jendela kaget dia saking stresnya. Pindah dapat berapa jam minta pindah lagi, mintah pindah lagi. Terakhir di mana saya nggak tau cuma pamit mau balik ke Jakarta via telepon waktu itu telepon rumah," kata Marufah.
Marufah baru benar-benar tenang setelah mendapati dengan pasti kabar bahwa Faisol Reza dalam keadaan baik-baik saja di Jakarta. Meski senang, Marufah mengaku masih memendam kesedihan yang sama dengan para keluarga korban 98 yang anak maupun saudaranya tak diketahui sampai saat ini.
"Tapi saya tetap eksis sama perjuangan IKOHI karena saya punya perasaan sama ibu-ibu yang belum ditemukan anaknya, seandainya anak saya seperti itu. Saya berusaha untuk datang. Itu lah sedikit kisah perjuangan tentang Faisol Reza yang sekarang sudah bisa menjadi orang Jakarta," tutur Marufah.
Diketahui Faisol Reza sekarang merupakan anggota DPR RI Komisi XI dari Partai Kebangkitan Bangsa.