Suara.com - Hari Lutfi Hafitz (58) berharap pengoperasian pesawat Boeing 737 MAX 8 dihentikan sementara. Hari merupakan adik dari Harina Hafizt (60), warga negara Indonesia yang jadi korban jatuhnya pesawat milik Ethiopian Airlines beberapa hari lalu.
Dalam kurun waktu enam bulan, Boeing 737 MAX-8 sudah mengalami dua kali insiden jatuh setelah lepas landas. Pertama terjadi pada Oktober 2018, pesawat yang dioperasikan Lion Air dengan tipe tersebut mangalami kecelakaan dan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Terbaru pesawat Boeing 737 MAX-8 Ethiopian Airlines ET-302 yang lepas landas dari Addis Ababa menuju Nairobi terjatuh usai enam menit mengudara. Akibatnya sebanyak 157 orang tewas.
Hari selaku keluarga korban yang merasakan dampak dari insiden yang menimpa pesawat Boeing itu meminta pihak pabrikan asal melakukan recall atau penarikan unit pesawat. Tujuannya, kata Hari, ialah untuk menginvestigasi penyebab terkait jatuhnya Boeing 737 MAX-8 yang terjadi untuk kedua kalinya.
Baca Juga: Kemenlu Bakal Gelar Indonesia Africa Infrastructure Forum 2019
"Kalau menurut saya pesawat itu sih di-recall lah istilah mobil kan di-recall. Jadi recall-nya harus ke pabrikan jangan di sini. Kalau recall kan dicek satu-satu. Kalau perlu enggak jadi dibeli Garuda, soalnya kan Garuda rencananya baru satu sementara 50 pesen," ujar Hari kepada Suara.com di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/3/2019).
Pensiunan Maskapai Garuda Indonesia itu mendukung kebijakan pemerintah Indonesia melalui instansi terkait yang melarang maskapai untuk menerbangkan Boeing 737 MAX-8 untuk sementara waktu.
"Bagus itu, bagus banget tapi harus dilanjutkan jangan ada larangan lalu habis itu ada insiden lagi. Jangan sampai ada musibah lagi, mudah-mudahan ini musibah yang terakhir dari 737 MAX-8. Penindakannya juga jangan saat ada peristiwa aja, jangan angot-angotan," kata Hari.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan melarang pesawat Boeing 737 Max 8 terbang hanya sepekan. Selama itu akan dilakukan observasi dan penelitian terhadap pesawat Boeing 737 Max 8 yang beroperasi di Indonesia.
Jika tidak ditemukan kerusakan atau kejanggalan di pesawat, maka Boeing 737 Max 8 bisa terbang lagi.
Baca Juga: Mirip Chestburster, Nelayan Temukan Makhluk Laut Mengerikan
“Kami akan menurunkan tim untuk melakukan observasi juga melakukan penelitian terhadap pesawat-pesawat yang ada dalam kurun waktu satu minggu. Apabila tim tidak menemukan sesuatu maka tentunya pesawat itu bisa terbang kembali. Tetapi apabila kita menemukan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka ada sesuatu tindakan lanjutan yang akan kita lakukan,” kata Menhub Budi Karya Sumadi dalam keterangan tertulis, Selasa (12/3/2019).