Moeldoko: Pegiat Jangan Cari Gara-gara dengan TNI, Jangan Cari Popularitas

Jum'at, 08 Maret 2019 | 16:46 WIB
Moeldoko: Pegiat Jangan Cari Gara-gara dengan TNI, Jangan Cari Popularitas
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. (Suara.com/Ummi Haedah Saleh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pegiat atau aktivis jangan mencari gara-gara dengan TNI. Aktivis juga jangan mencari popularitas dengabn TNI.

Hal itu dikatakan Moeldoko menanggapi penangkapan Aktivis HAM Robertus Robet yang ditangkap karena dituduh menghina TNI. Benartus Robet ditetapkan jadi tersangka namun tidak ditahan.

Moeldoko mengatakan kebebasan berekspresi dalam mengkritik TNI jangan sampai menyinggung psikologi prajurit.

"Jadi menurut saya janganlah rekan-rekan sekalian, pegiat apapun namanya itu jangan cari gara-gara dengan TNI, jangan mencari popularitas melawan TNI, TNI milik kita semua. Dulu boleh TNI diposisikan musuh bersama, itu tahun 98 saya masih ingat tapi sekarang jangan, kita hidup berdampingan dengan baik, kritik boleh tapi jangan merusak psikologi prajurit," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden (KSP) Jakarta, Jumat (8/3/2019).

Baca Juga: Polisi Bantah Penetapan Tersangka Robertus Robet Terkait Pemilu

Moeldoko menjelaskan psikologis prajurit saat ini sudah membaik. Berbeda dengan masa lalu.

"Psikologi prajurit kita sudah baik, jangan dilukai dengan hal-hal itu, nyanyian masa lalu sudahlah masa lalu, jangan masa lalu dibawa ke sekarang, jangan melihat tentara dari frame masa lalu, 'wong' sudah berubah. Orang yang paling tidak setuju saya karena saya bekerja keras untuk memperbaiki situasi," tegas Moeldoko.

Menurut Moeldoko, negara memberikan tempat seluas-luasnya bagi siapapun untuk berekspresi tapi harus dapat dibedakan antara kebebasan berekspresi ada kecenderungan melanggar UU atau memberikan kritik yang membangun.

"Kalau sifatnya kritik membangun, Presiden sangat terbuka, KSP juga membuka seluas-luasnya, silakan ngomong apa saja kita dengarkan. Tidak ada kita alergi dan membatasi cara berekspresi tapi terhadap apa yang pada akhirnya mengarah pada tindakan melawan hukum itu di luar domain kami, itu sepenuhnya domain tugas kepolisian kami tidak bisa ikut campur," tambah Moeldoko.

Moeldoko pun menilai bahwa saat ini ada kecenderungan pihak-pihak tertentu bicara begitu saja tapi ketika sudah berhadapan dengan aparat hukum lalu meminta maaf atau bahkan tidak mengakui sama sekali perbuatannya.

Baca Juga: Polisi Buru Penyebar Video Orasi Robertus Robet soal Nyanyian Parodi ABRI

"Ini cara-cara yang tidak bagus, tidak 'gentleman', apalagi secara intelektual harus dipikirkan baik-baik implikasi psikologi menyinggung prajurit atau orang lain bisa berurusan dengan penegak hukum ini yang harus dipikirkan bersama sehingga cara-cara bernegara bisa menaati sistem yang baik," tegas Moeldoko. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI