Banjir di Jawa Timur Mulai Surut, Tapi Hujan Lebat Masih Mengancam

Jum'at, 08 Maret 2019 | 15:57 WIB
Banjir di Jawa Timur Mulai Surut, Tapi Hujan Lebat Masih Mengancam
Kondisi banjir di wilayah Kabupaten Ngawi difoto dari udara dengan pesawat Helikopter NAS-332 Super Puma dari Skadron Udara 6 Lanud Atang Sanjaya Bogor yang dipiloti Mayor Pnb Nugroho Tri dan co-pilot Lettu Pnb Septian Sihombing yang sedang bertugas Bawah Kendali Operasi (BKO) di Lanud Iswahjudi, di Ngawi, Jawa Timur, Jumat (8/3). [ANTARA FOTO/Siswowidodo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Begitu pula ketinggian air di TBS di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, semula sudah berangsur-ansur turun menjadi 14,18 meter. Tapi kemudian naik menjadi 14,20 meter, padahal sebelumnya sempat mencapai 14,53 meter pada 7 Maret.

Di hilirnya mulai Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, Lamongan, pada waktu bersamaan status Bengawan Solo juga siaga dengan ketinggian air masing-masing 8,26 meter (merah), 5,65 meter (merah), 4,52 meter (merah) dan 2,21 meter ( kuning).

"Sodetan Plangwot-Sedayu Lawas, Lamongan, berfungsi normal bisa mengalirkan debit air banjir Bengawan Solo ke laut sekitar 640 meter kubik per detik," kata Yudo menambahkan.

Banjir Madiun surut

Baca Juga: Petani Madiun Rugi Rp 7 Miliar karena Banjir Rendam 497 Hektare Sawah

Bencana banjir yang melanda wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur sejak tiga hari yang lalu pada Jumat pagi terpantau mulai surut. Bupati Madiun Ahmad Dawami mengatakan sejak Kamis malam, ketinggian air yang sebelumnya menggenang di area permukiman warga, seperti yang terpantau di wilayah Balerejo, sudah berangsur surut.

"Dusun Pojok, Desa Sogo, Balerejo, yang berbatasan dengan Ngawi, pada Kamis malam terpantau air naik di sana. Tapi desa lainnya sudah surut semua," ujar Bupati Dawami.

Karena air telah berangsur surut, sejumlah warga yang sebelumnya bertahan di posko bencana, baik yang berada di tiap desa ataupun kecamatan, terpantau pulang ke rumah masing-masing. Demikian juga warga yang mengungsi ke rumah saudara ataupun tetangga yang tidak terdampak banjir. Kebanyakan semua telah kembali untuk membersihkan rumah pascabanjir surut.

Bupati menjelaskan, setelah fokus pada penanganan warga terdampak banjir guna menghindari korban jiwa pada dua hari terakhir, selanjutnya, selama 14 hari status tanggap darurat, akan dilakukan penanganan pascabanjir.

Penanganan pascabanjir dari sisi kesehatan yang paling penting dan maksimal. Ia menginstruksikan kebutuan kesehatan dan air bersih akan ditangani langsung oleh pemerintah kabupaten. Hal itu dipenuhi selama masa tanggap darurat bencana berlangsung.

Baca Juga: Tol Ngawi-Kertosono Terendam Banjir, Pemerintah Diminta Audit Amdalnya

Sementara, kondisi yang sama terpantau untuk banjir yang melanda di Kabupaten Ngawi. Warga yang semalam bertahan di posko pengungsian, telah pulang untuk melakukan aktivitas bersih-bersih rumah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI