Suara.com - Perayaan tahun baru umat Hindu atau Nyepi dilakukan secara sederhana di Kota Semarang. Jika biasanya meriah ada ogoh-ogoh, tahun ini panitia tidak mengadakan ogoh-ogoh.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang I Nengah Wirta Darmayana mengatakan, pawai ogoh-ogoh ditiadakan lantaran mengindari panasnya kontestasi politik menjelang Pemilu.
"Karena kami netral dalam kegiatan apapun termasuk perayaan Nyepi. Dikhawatirkan ada pihak-pihak yang memanfaatkan momentum ini," katanya disela persiapan Tawur Agung Kasanga di Pura Agung Giri Natha Semarang, Rabu (6/5/2019).
Perayaan Tawur Agung Kasanga di Pura Giri Natha sempat tertunda dari pukul 16.00 WIB mundur pukul 17.00 WIB karena hujan. Namun begitu, sembahyang dapat berjalan dengan khusyuk dibawah rintik hujan. Sembahyang Nyepi akan berlangsung sampai pukul 21.00 WIB.
Baca Juga: Dua TPS di Kabupaten Lahat Ini Dinilai Janggal
Sesajen, janur kuning, dan piranti sembahyang disiapkan di area madya mandala atau halaman pura utama. Umat Hindu berkumpul dibawah tenda dengan memanjatkan doa dalam tapa brata (meditasi). Tak ketinggalan bunyi-bunyian alat gong gamelan mengiringi prosesi sembahyang.
"Hari ini tapa brata penyepian, karena besok amati lelungan sudah tidak kemana-mana, sampai amati geni tanpa ada sinar lampu atau listrik," kata I Nengah Wirta.
Dalam meditasi sembahyang, pihaknya mengajak kepada umat Hindu di Semarang untuk mensyukuri nikmat alam yang telah memberikan kesejahteraan.
"Kita mensyukuri alam yang memberi kesejahteraan dan saatnya membayar dengan wujud upaya keagamaan," ujarnya.
Tak lupa, umat Hindu Semarang juga diajak berdoa bersama untuk kelangsungan tahun politik agar berjalan sukses tanpa ada keresahan dan keamanan terjaga.
Baca Juga: Kandas di All England 2019, Marcus Akui Kartu Merah Ganggu Konsentrasinya
"Nyepi sembahyang malam ini sekaligus umat Hindu mendoakan supaya tahun politik dengan pemilu harapan berjalan dengan aman dan lancar tak terjadi perpecahan. Berjuang demi semesta alam," ucapnya.
Pada perayaan Nyepi tahun 1941 Saka ini, pura yang berdiri sejak 1968 menyelenggarakan rangkaian kegiatan diantaranya upacara melasthi yang digelar pada Minggu (3/3/2019) di Pantai Marina Semarang, tawur agung kasanga, amati lelanguan, amati geni, pangerupukan sampai dharma shanti atau silaturahmi sesama umat Hindu.
"Setelah Nyepi, mulai langkah tahun baru, kita akan ramai dengan nama pangerupukan, kalau di Bali ada tabuh kentongan. Di Semarang tidak ada tabuh kentongan karena kami di lingkungan saling menghormati saja. Lalu dharma shanti kalau di muslim namanya halal bi halal," tuturnya.
Pura Giri Natha merupakan pura terbesar di Semarang bagi umat Hindu, digunakan sekitar dua ribu umat Hindu di Semarang untuk ibadat. Sebagian adalah warga asli Bali yang merantau dan sebagiannya ada warga lokal dan asing.
"Pura Giri Natha banyak digunakan umat Hindu baik keturunan Bali, India, Jepang, Perancis, Jerman dan Cina. Pura ini juga sebagai destinasi wisata, terutama turis asing dari kapal pesiar yang singgah di Tanjung Mas Semarang," tukas I Nengah Wirta.
Kontributor : Adam Iyasa