Alasan tidak bisa meninggalkan usaha dagang kelapa muda hingga faktor nilai sejarah kenangannya bersama keluarga, membuat Adar enggan berpindah hunian ke lokasi lain.
"Pindah ke tempat lain belum tentu bisa usaha di sana, makanya jadi pertimbangan. Berat rasanya pindah sudah dari tahun '70-an, rasanya sudah lebih-lebih dari kampung halaman," kata Adar.
"Bukannya apa-apa, bukannya gak mau pindah. Tapi memang mau bertahan saja di sini, sudah paham risikonya. Tinggal di sini sampai hayat dipanggil badan," sambungnya.
Abdul lahir di rumah yang hangus terbakar
Baca Juga: Nenek 70 Tahun Tewas Dalam Kebakaran Rumah Besar di Depok
Pilihan untuk tetap tinggal di lokasi padat penduduk yang notabenenya berpotensi terjadi kebakaran juga dilakukan oleh Abdul. Lelaki tua 58 tahun itu warga Tomang yang ikut menjadi korban kebakaran awal tahun 2019 itu mengatakan, ia sudah menempati rumahnya sejak ia dilahirkan.
Bahkan jauh sebelum dirinya lahir, kakek dari Abdul sudah lebih dulu tinggal di lokasi tersebut. Beda dulu dan sekarang, kata Abdul, sebelum menjadi pemukiman pdat penduduk, lokasi tempat tinggalnya tersebut merupakan sebuah rawa.
Abdul yang sehari-harinya bekerja sebagai pengemudi ojek daring memberanikan diri meminjam uang serta bahan bangunan terlebih dulu untuk memperbaiki rumahnya yang hangus terbakar. Istilah yang selalu disebut olehnya ialah bermodal nekat.
"Ini modal nekat aja pinjam dan ada yang mau pinjamin dulu bahan-bahan materialnya. Untuk pembayarannya nanti dicicil, kalau perkiraan ini biaya bisa puluhan juta tapi nggak samapai seratus juta," kata Abdul yang merupakan penduduk asli Betawi.
Ia pun berencana menyewakan lantai dua rumahnya sebagai kontrakan jika perbaikan sudah selesai.
Baca Juga: Polisi Tetapkan Tiga Tersangka Kebakaran Kapal di Muara Baru
"Niatnya yang atas mau dikontrakkin buat bantu-bantu biaya cicilan utang bahan bangunan," kata Abdul.