Suara.com - Sejumlah nelayan lokal di Kota Soure, Brasil dihebohkan dengan penemuan bangkai paus raksasa sepanjang 26 kaki atau sekitar 8 meter. Bangkai paus bungkuk itu terdampar di sebuah hutan bakau di Pantai Araruna.
Bayi paus itu kemungkinan hilang di laut dan mati karena kelaparan atau sebab lain yang tidak diketahui, menurut kelompok riset nirlaba Bicho D'agua, demikian seperti dikutip dari CNN.
Gelombang pasang membasuh tubuh paus untuk mendarat di Pantai Araruna di kota Soure, kata ahli kelautan Bicho D'agua, Maura Sousa. Lokasi terdamparnya paus itu terletak di Pulau Marajo yang terletak di mulut Sungai Amazon.
"Selama musim ini, (air) pasang biasanya naik dua kali sehari hingga hampir 4 meter (13 kaki) dan membanjiri hutan bakau, membawa banyak sampah, termasuk sampah dari kapal dari banyak tempat di dunia," kata Sousa.
Baca Juga: Kubu Prabowo Minta Pemerintah Tunjukkan Data WNA yang Punya e-KTP
"Ini menjelaskan mengapa bangkai yang menggelembung, karena gas dari dekomposisi, diseret ke hutan bakau," katanya.
Paus setinggi 26 kaki atau sekitar 8 meter itu kemungkinan mati empat atau lima hari sebelum nelayan menemukannya di hutan bakau pada Jumat, tambahnya.
Para nelayan memberi tahu kelompok riset bangkai paus itu, yang berjarak sekitar 50 kaki dari pantai. Paus seperti ini sudah menjadi hal biasa di kawasan Atlantik Selatan.
Tetapi tidak biasanya pada saat ini, kata Sousa. Paus yang datang ke pantai Brasil untuk kawin biasanya menghabiskan musim dingin mereka di Antartika.
Yang ini bisa jadi paus Atlantik Utara, tambahnya. Para peneliti sedang melakukan tes DNA untuk menentukan dari mana paus malang itu berasal.
Baca Juga: Jadwal Liga Inggris dan Siaran Langsung Pekan ke-28 Malam Ini
Laboratorium patologi Universitas Federal Pará tengah melakukan autopsi. Namun hasilnya baru tersedia dalam waktu sekitar 20 hari. Dengan hasil itu, akan memberi para peneliti gagasan yang lebih baik tentang penyebab kematian paus.