Andalkan WhatsApp, Warga Cangkringan Siap Mengungsi Jika Merapi Bergolak

Selasa, 26 Februari 2019 | 13:56 WIB
Andalkan WhatsApp, Warga Cangkringan Siap Mengungsi Jika Merapi Bergolak
Gunung Merapi. (Suara.com/Sri Handayani)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga Cangkringan sudah siap menghadapi bencana jika Gunung Merapi kembali bergolak. Kebanyakan warga Cangkringan tinggal di radius 4 km dari puncak gunung.

Warga Cangkringan mulai mengamankan dokumen penting mereka. Selain itu mereka pun sudah siap mengevakuasi hewan ternak. Bagi masyarakat desa sekitar, hewan ternak seperti harta yang paling berharga setelah uang.

"Kalau status normal, aktivitas warga seperti biasa. Kalau waspada, aktivitas normal tapi dokumen penting mulai disiapkan. Kalau siaga, dokumen penting disiapkan, hewan ternak harus dilarikan dulu ke barak pengungsian yang disediakan pemerintah. Balita dan lansia harus diamankan ke barak pengungsian. Kalau sudah awas, kawasan dikosongkan semua," jelas Ketua RW 20 Kampung Kali Tengah Lor, Glagahsari, Cangkringan, Sleman, ketika ditemui Suara.com, Selasa (26/2).

Sukami juga terus memantau kondisi Merapi setiap hari. Selain melihat langsung guguran lava maupun awan panas yang tampak jelas dari rumahnya pada malam hari, ia juga mengandalkan informasi harian dari grup Whatsapp (WA).

Baca Juga: Merapi Luncurkan Awan Panas Hingga Sejauh 1 Km Lebih

Gunung Merapi. (Suara.com/Sri Handayani)
Gunung Merapi. (Suara.com/Sri Handayani)

"Ini sangat membantu. Kalau ada apa-apa biasanya langsung dikirim ke mari," kata Sukami ketika ditemui Suara.com.

Tak hanya Sukami, warga sekitar bergantian memantau dan saling memberi informasi. Tak heran, sebab rumah mereka terletak hanya empat kilometer dari puncak. Sekitar 170 kepala keluarga (KK) masih bertahan di lokasi tersebut.

Sukami mengaku sebagian warga memang masih merasa trauma dengan letusan demi letusan yang terjadi. Selain menghilangkan harta benda, ada pula sebagian warga yang kehilangan saudaranya.

Kendati demikian dorongan ekonomi memaksa mereka terus bertahan di lokasi yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB 1) tersebut. Mereka memutuskan untuk tidak tinggal di hunian tetap (huntap) yang disediakan pemerintah, karena terlalu jauh dengan lokasi lahan pertanian.

Demi menjaga keamanan dari ancaman bencana, para warga juga melakukan patroli. "Kami mulai meningkatkan siskamling. Pengaturannya dari warga sendiri," kata Sukami ketika ditemui di rumahnya, RW 20 Kampung Kali Tengah Lor

Baca Juga: Sabtu Pagi, Gunung Merapi Alami 6 Kali Gempa Guguran

Siskamling dimulai pukul 18.00 WIB. Agar terus siaga, kegiatan ini dibagi dalam tiga shift, yakni jam 18.00 WIB hingga 22.00 WIB, pukul 22.00 WIB hingga 01.00 WIB, dan 01.00 WIB hingga pagi.

"Itu diatur sendiri oleh warga dan diberi pesan, kalau tidur ya jangan terlalu lelap. Tetap waspada," ujar Sukami.

Gunung Merapi meluncurkan awan panas sampai ketinggian 1.100 meter atau 1 km lebih, Senin (25/2/2019). Itu berdasarkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Luncuran awan panas itu terjadi pada pukul 11.24 WIB dengan durasi 110 detik yang mengarah ke Kali Gendol. Awan panas tidak teramati dari CCTV BPPTKG karena cuaca berkabut. (Sri Handayani)

Kontributor : Sri Handayani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI