Mereka Punya Komentar Pedas untuk Neno Warisman karena Berdoa Munajat 212

Senin, 25 Februari 2019 | 16:01 WIB
Mereka Punya Komentar Pedas untuk Neno Warisman karena Berdoa Munajat 212
Suasana Munajat 212 di Monas, Jakarta, Kamis (21/2). [Suara.com/Fakhri Hermansya]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puisi berisi doa Munajat 212 yang dibacakan oleh Wakil Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandiaga Neno Warisman menuai kontroversi. Puisi yang dibacakan saat Malam MUnajat 212 di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019) ini dinilai telah mengancam Tuhan.

Dari salah satu penggalan puisi, Neno menyebut bahwa jika capres pilihan ijtimak ulama yakni pasangan capres nomor urut 02 Prabowo - Sandiaga tidak terpilih menjadi presiden dan wakil presiden maka tidak aka nada lagi yang menyembah Tuhan.

“Karena jika Engkau tidak menangkan kami khawatir Ya Allah, kami khawatir Ya Allah, tak ada lagi yang menyembah-Mu, ya Allah," demikian isi kutipan doa Neno.

Puisi Neno ini pun menuai polemik. Banyak tokoh besar yang memberikan komentar pedas terhadap puisi Neno itu. Siapa saja mereka? Berikut rangkumannya untuk anda.

Baca Juga: Ramai-ramai Sindir Puisi Neno Warisman, Warganet: Tuhan Kok Diancam

1.   Gus Muwafiq

Kiai Kondang asal Yogyakarta, KH Ahmad Muwafiq atau kerap disapa Gus Muwafiq mengkritik penggalan puisi yang dibacakan salah satu pencetus gerakan #2019GantiPresiden. Gus Muwafiq menilai sandiwara Neno terlalu berlebihan.

“Serem saya membayangkannya, ‘Kalau sampai tidak kau menangkan kami, maka aku khawatir tidak ada lagi yang menyembah-MU’. Acting (bersandiwara) boleh, tapi jangan begitu berlebihan,” kata Gus Muwafiq dalam sebuah video.

2.  Robikin Emhas

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas juga turut memberikan tanggapan mengenai puisi Neno. Menurutnya, menyamakan Pilpres 2019 dengan Perang Badar yang terjadi di zaman Rasulullah adalah sebuah kekeliruan.

Baca Juga: Neno Warisman Blak-blakan Manfaatkan Reuni 212 untuk Menyuarakan Prabowo

"Mengandaikan pilpres sebagai perang adalah kekeliruan. Lalu atas dasar apa kekhawatiran Tuhan tidak ada yang menyembah kalau capres-cawapres yang didukung kalah? Apa selain capres-cawapres yang didukung bukan menyembah Tuhan, Allah SWT?” kata Robikin.

“Tak usah berusaha mengukur kadar keimanan orang. Apalagi masih terbiasa ukur baju orang lain dengan yang dikenakan sendiri,” imbuh Robikin.

3.  Abdillah Toha

Salah satu pendiri Partai Amanat Nsional (PAN) Abdillah Toha mengkritisi puisi yang dibaca oleh Neno. Abdillah menilai, pernyataan Neno dalam puisinya bermaksud bahwa selain pendukung 212 merupakan kategori orang kafir.

“Mengultimatum Allah. Manusia seperti perempuan ini menganggap semua kita yang diluar 212 termasuk NU, Muhammadiyah, dll sudah masuk kategori kafir," Kata Abdillah

4.  Abdul Kadir Karing

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf Abdul Kadir Karing menilai puisi yang dibacakan oleh Neno bukanlah doa, melainkan orasi politik berkedok agama. Tak hanya itu, diksi yang digunakan oleh Neno terlihat menggiring opini public pada satu wacana kelompoknya lah yang hanya menyembah Allah, sementara di luar kelompoknya tidak.

“Bagi saya apa yang diucapkan Neno Warisman dalam acara Munajat 212 di Monas pada Kamis (21/2/2019) malam tidak pantas disebut sebagai doa. Melainkan cuma orasi politik yang bersifat pragmatis berkedok agama,” ungkap Karding.

“Pertanyaan saya dari mana Neno bisa mengambil kesimpulan itu? Apa ukurannya sampai ia bisa mengatakan jika pihaknya kalah maka tak akan ada lagi yang meyembah Allah?" imbuh Karding. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI