Suara.com - Kementerian Pertanian, melalui Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, menyampaikan apresiasi terhadap peserta pelatihan dari Palestina yang telah belajar teknologi inseminasi buatan (IB) di Indonesia. Hal tersebut disampaikannya saat penutupan (closing ceremony) IB pada ikan, yang dilaksanakan di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang, Jawa Timur, Sabtu (23/2/2019).
Ketut menyampaikan, Ditjen PKH Kementerian Pertanian, melalui BBIB Singosari telah memberikan pelatihan IB bagi 10 peserta dari Palestina. Pelatihan tersebut mengangkat tema "Sustainable Fish Farming Through the Adoption of Artificial Insemination Technolgy", yang dilaksanakan hingga 25 Februari 2019.
"Pelatihan IB pada ikan dilaksanakan di BBIB Singosari, karena di sini satu-satunya balai besar di Indonesia yang berhasil memproduksi semen beku pada ikan," ungkap Ketut.
Menurutnya, BBIB Singosari telah mampu memproduksi semen beku ikan yang selama ini berkolaborasi dengan Balai Benih Ikan Punten di Jawa Timur, untuk menyelamatkan plasma nutfah ikan emas lokal. Selain itu, BBIB Singosari juga telah bekerja sama dengan Balai Budi Daya Kerapu di Gondol Provinsi Bali dan asosiasi ikan hias untuk memproduksi semen beku jenis ikan lainnya.
Baca Juga: Kementan: Kartu Tani Jadi Syarat Pembelian Pupuk Bersubsidi
Pada kesempatan itu, Ketut menyampaikan apresiasi kepada JICA yang telah memberikan dukungan pendanaan dalam kegiatan training ini dan kepada BBIB Singosari, yang sudah memberikan pelatihan secara komprehensif.
"Para peserta, kita harapkan dapat mengaplikasikan IB di negaranya. Kami sangat siap bekerja sama dengan Palestina," tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Ketut juga menyampaikan, keberhasilan teknologi IB di Indonesia terbukti dengan tercapainya swasembada semen beku pada 2012, kemudian pada 2013, Indonesia telah berhasil mencapai swasembada bull (pejantan unggul).
"Indonesia juga memiliki teknologi sexing semen beku yang dapat menentukan jenis kelamin kelahiran ternak sesuai dengan kebutuhan peternak," ujar Ketut.
Ia menjelaskan, sejak 2005, Indonesia telah mampu mengekspor semen beku ke beberapa negara seperti Malaysia, Kamboja, Myanmar, Timor Leste and Kyrgyzstan, Madagaskar dan Afganistan.
Baca Juga: Demi Lingkungan dan Manusia, Kementan Atur Peredaran Pestisida
Terkait dengan pengalaman melatih peserta dari negara mitra, Ketut mengatakan, BBIB Singosari sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Ditjen PKH telah diakui dan dipercaya oleh organisasi internasional dalam menyelenggarakan training teknologi IB. Ia menyebutkan, sampai saat ini, BBIB Singosari telah melatih peserta dari 22 negara selain Palestina, diantaranya Afganistan, Bangladesh, Filipina, Fiji, India, Kamboja, Kenya, Laos, Malaysia, Myanmar, Mongolia, Kyrgyztan, Kazakhstan, Papua Nugini, Sudan Thailand, Srilanka Timor Leste, Yaman, dan Zimbabwe.
Perwakilan JICA, Dinur Krismasari, menyampaikan, pihaknya sangat senang dapat berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia untuk mengadakan pelatihan IB bagi peserta Palestina ini.
"Kerja sama ini membuktikan bahwa Indonesia telah menunjukkan kemampuannya, baik pengetahuan maupun penguasaan teknologi untuk dibagi ke negara lainnya," ungkapnya.
Sementara itu, Abdul Gafar, salah satu peserta pelatihan dari Palestina menyampaikan, selama mengikuti pelatihan, ia telah memperoleh transfer ilmu dan teknologi terkait pelaksanaan IB pada ikan.
"Kami juga telah mengunjungi beberapa balai, termasuk balai benih ikan di Jawa Timur. Kami sangat senang dengan kemajuan Indonesia dalam penerapan teknologi serta penguatan kelembagaan, sehingga ini dapat diadopsi dan dikembangkan di negara kami," ucapnya.
Angham Baniowda, salah satu perserta pelatihan lainnya juga berharap, ke depan ia dapat mengikuti pelatihan terkait IB pada ikan mas.
Manfaat Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak dan Ikan
Teknologi IB telah berkembang dengan baik di Indonesia dan penggunaannya tidak hanya terbatas untuk meningkatkan populasi ternak, tetapi juga sebagai alat untuk peningkatan mutu genetik ternak.
Pelaksanaan teknologi IB memberikan banyak keuntungan bagi industri peternakan, selain memperbaiki kualitas genetik dan mencegah terjadinya in breeding, juga dapat mengurangi penularan penyakit reproduksi.
Dengan adanya berbagai keuntungan dari penggunaan teknologi IB, saat ini IB menjadi ujuk tombak untuk keberhasilan Upaya Khusus Sapi/Kerbau Wajib Bunting (UPSUS SIWAB), yang merupakan fokus kegiatan Kementan pada 2017-2019. Ketut menyebut, sejak pelaksanaan Upsus SIWAB pada 2017 hingga 16 Februari 2019, sudah ada kelahiran 2.960.936 ekor sapi milik peternak di Indonesia.