Suara.com - Calon Wakil Presiden pasangan Jokowi, Maruf Amin menegaskan Munajat 212 yang digelar di Monas, Kamis (21/2/2019) kemarin malam berbeda dengan Aksi Bela Islam 212 yang gelar pada 2 Desember 2016. Keduanya beda tujuan.
Dalam acara Malam Munajat 212 bertajuk Mengetuk Pintu Langit untuk Keselamatan Agama Bangsa dan Negara tersebut, MUI DKI Jakarta bersama Lembaga Dakwah Front dan Majelis Taklim se-Jabodetabek bekerja sama menjadi panitia.
Sementara Aksi Bela Islam 212 digelar untuk mendesak kepolisian memenjarakan Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama dalam kasus penodaan agama. Saat itu Ahok tengah bertarung di Pilkada DKI Jakarta melawan Anies Baswedan - Sandiaga Uno.
"Jadi kalau soal 212 itu sebenarnya kalau masalahnya [dengan Ahok] sudah selesai. Kenapa? Karena kan sifatnya penegakan hukum [tindak pidana penistaan agama]. Tapi kalau untuk bermunajat, bersilahturahim, tidak ada masalah," ungkap Maruf Amin di rumahnya di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (22/2/2019).
Baca Juga: Maruf Amin Bicara Munajat 212: Jangan Politisasi MUI
Maruf Amin meminta panitia Munajat 212 tidak mempolitisasi MUI atau Majelis Ulama Indonesia. Maruf Amin yang juga Ketua Umum MUI non aktif itu mengklaim MUI netral di Pilpres 2019 ini. Maruf Amin pun menjelaskan MUI tetap netral dan independen selepas menyelenggarakan Malam Munajat 212.
"Kalau munajatnya sih tidak masalah, yang penting jangan jadi kendaraan politik. Jangan mempolitisasi MUI," ungkap Maruf Amin.
Maruf Amin menjelaskan jika dirinya tidak ingin MUI menjadi kendaraan politiknya menjadi Cawapres pasangan Jokowi. Itu juga yang perlu dilakukan oleh MUI cabang DKI Jakarta.
"Saya cawapres, tapi saya tidak mau menggunakan MUI sebagai kendaraan politik saya. MUI biar independen, tidak boleh digunakan, itu sudah menjadi kesepakatan. Karena itu MUI DKI [Jakarta] jangan menggunakan MUI sebagai kendaraan politik, itu menyimpang dari kesepakatan," tambahnya.
Baca Juga: BPN: Kekerasan Terhadap Wartawan di Munajat 212 Tindakan yang Salah!