Menteri Amran: 782 Mafia Pangan Diproses Hukum, 409 Masuk Penjara

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 22 Februari 2019 | 06:01 WIB
Menteri Amran: 782 Mafia Pangan Diproses Hukum, 409 Masuk Penjara
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (Foto: Antara/Andika Wahyu)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan selama era Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla ada 782 mafia pangan yang diproses hukum karena mengganggu stabilitas harga pangan.

"Kami sering diancam dan siang malam diganggu mafia pangan. Akan tetapi, tidak menggentarkan kami," katanya saat pidato di depan 10.000 petani Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (21/2/2019).

Bahkan, sebanyak 409 mafia tersebut diantarkan ke penjara oleh Satuan Tugas (Satgas) Pangan.

Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa tidak ada ruang bagi mafia untuk mempermainkan rakyat, khususnya petani Indnesia.

Baca Juga: 17 Orang Tewas Diserang Sekelompok Penggembala Bersenjata di Nigeria

Selain itu, banyak yang bilang kepadanya tindakan tegas dengan memproses hukum mafia pangan tersebut harus berhati-hati.

Akan tetapi, dia tidak surut untuk membantu petani dari cengkeraman mafia sebab dirinya sudah berjanji untuk mewakafkan diri bagi petani dan rakyat Indonesia.

"Tidak ada sedikit pun rasa takut untuk terus memberantas mafia-mafia pangan," ujarnya seperti dilansir Antara.

Keberadaan mafia itu, katanya lagi, harus diberantas karena tidak hanya mengganggu petani saja, tetapi hingga konsumen. Mereka mengambil keuntungan dengan cara memainkan harga. Harga di tingkat petani murah tetapi di pasaran mahal.

Dengan cara seperti, hingga saat ini harga terus stabil karena menjadi Mentan tersebut memang berat harga di tingkat petani harus stabil, tetapi harga di pasaran tetap tidak memberatkan.

Baca Juga: Batal Hadir, Nama Anies Dipuji di Munajat 212 Sebagai Gubernur 212

"Memang sekarang banyak yang sengaja membuat gaduh dan melakukan politisasi terhadap pangan, salah satunya adalah jagung, padahal kami sudah menurunkan jumlah impor jagung," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI